digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-COVER.pdf


1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB1.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB2.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB3A.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB3B.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB4.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-BAB5.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-PUSTAKA-A.pdf

1991 TS PP SUS HARDAJATI 1-PUSTAKA-B.pdf

Abstrak : Pertumbuhan ekonomi telah mendorong pertumbuhan kota dan pertambahan penduduk semakin pesat. Demikian pula yang terjadi di DKI Jakarta sebagai ibukota negara yang mencerminkan aspek-aspek lokal, regional, nasional dan internasional dari segi perdagangan dan jasa, industri, kebudayaan dan pariwisata. Keanekaragaman aktivitas ini menimbulkan beranekaragam pula aktivitas yang dilakukan oleh penduduk Jakarta. Pertambahan penduduk lebih besar diakibatkan oleh arus urbanisasi di samping faktor kelahiran secara alami, sehingga meningkatkan aktivitas kehidupan kota dan wilayah terbangun kota yang cukup pesat. Perkembangan ini menimbulkan berbagai masalah perkotaan, seperti kebutuhan lahan, employment, lingkungan hidup, prasarana/sarana, pembiayaan pembangunan, dan sebagainya. Masalah prasarana/sarana perkotaan terutama kebutuhan akan jalan sebagai prasarana untuk bergeraknya manusia dan barang, berkaitan dengan pertambahan kendaraan sebagai akibat peningkatan pennghasilan penduduk ; sedangkan pertambahan pembangunan jalan tidak dapat diharapkan. Padahal untuk kelangsungan tumbuh dan berkembangnya suatu kota antara lain ditentukan oleh keseimbangan antara permintaan (yang dibentuk oleh sistem aktivitas) dan penyediaan (yang dibentuk oleh sistem perangkutan) atau dengan kata lain bahwa terpenuhinya kebutuhan aktivitas dapat dicapai dengan penyediaan prasarana perangkutan. Dan hasil survai perhitungan lalu lintas (traffic counting) yang dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Darat 1990, laju pertumbuhan kendaraan sekitar 14 - 15 % per tahun sedangkan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4 % per tahun. Dengan adanya ketidakseimbangan antara permintaan (volume kendaraan) dan penyediaan (kapasitas jalan) ini terjadilah kemacetan lalu lintas, sehingga tidak dapat dihindari lagi timbul polusi (udara, suara, getaran), kecelakaan, kesulitan pejalan kaki, parkir dan lain-lain. Pelayanan angkutan umum yang kurang memadai, semakin menambah kesemrawutan lalu lintas lebih-lebih pada jam jam sibuk pagi dan sore hari. Hal ini juaga kurang didukung sistem transportasi yang baik, antara sarana/prasarana, manajemen dan pengaturan lalu lintas belum menunjang sepenuhnya. Kualitas pelayanan jaringan jalan di pusat kota umumnya buruk, demildan yang terjadi di jalan jalan arteri kota Jakarta terutama jalan arteri Sudirman - Thamrin yang merupakan lintasan terpadat di kota Jakarta. Walaupun v/c ratio masih 1 (BPPT/GTZ), kepadatan anus lalu lintas pada jam-jam sibuk tidak terkendali, menunjukkan kecepatan perjalanan rendah sehingga tingkat pelayanan kualitas perjalanan menadi buruk. Sehubungan dengan keterbatasan penyediaan prasarana jalan sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, studi ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif jalan keluar mengurangi kepadatan lalu lintas dan menghasilkan suatu model konsep dalam mengurangi kepadatan lalu lintas tersebut terutama pada jam jam sibuk di jalan utama dan jaringannya kota. Daerah penelitian yang dipilih adalah kota Jakarta yaitu dengan daerah penelitian jalan Sudirman - Thamrin dan jaringannya, karena masalah di jalan ini sangat pelik. Mengingat keterbatasan dana untuk pembangunan sarana/prasarana jalan dan kendala fisik geologis lahan di jalan utama studi (jalan Sudirman - Thamrin) yang tidak mungkin lagi dilebarkan, maka untuk mengatasi hal tersebut dipakai pendekatan dengan istilah Variable Traffic Controllers System (VTCS), yaitu suatu cara yang bertujuan menyeimbangkan antara volume kendaraan dan kapasitas jalan dengan memanfaatkan jaringan jalan ,dan dilakukan dengan pengaturan pengendalian lalu lintas di ruas jalan utama jaringannya, sehingga penggunaan VTCS pada klasifikasi fungsi jalan dapat diidentifikasi, dan dapat dipakai sebagai model konsep di tempat lain. Untuk ini dilakukan evaluasi kapasitas jalan utama dan jaringannya terhadap volume kendaraan dan mengidentifikasi konsekuensi yang terjadi dengan penerapan model VTCS ini. Dalam mengukur kemampuan kapasitas jalan dan jaringannya ini, hasilnya dapat berupa jalan tersebut dapat menggunakan model VTCS dengan segala konsekuensinya atau model VTCS sudah tidak dapat digunakan karena kondisi setempat yang ada.