digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

SITI KOMARIAH
PUBLIC Open In Flip Book Latifa Noor

Plastik menjadi material penting dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang ringan, kuat, dan murah. Namun, penggunaan plastik berbasis minyak bumi berisiko merusak lingkungan, terutama karena sulit terurai dan pencemaran mikroplastik. Ketergantungan global terhadap plastik telah memicu krisis lingkungan yang semakin mendesak, sehingga membutuhkan upaya pencarian solusi yang lebih berkelanjutan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah beralih menuju penggunaan material alternatif pengganti plastik, yaitu bioplastik, yang memiliki keunggulan dapat terurai secara alami (biodegradable) dan berasal dari sumber daya terbarukan. Polihidroksialkanoat (PHA) adalah bioplastik yang diproduksi oleh bakteri dan memiliki berbagai aplikasi, mulai dari industri kemasan, bidang medis, hingga pertanian. Bioplastik turunan PHA yang banyak diteliti hingga saat ini adalah PHA homopolimer, Polihidroksibutirat (PHB) dan PHA kopolimer, Polihdroksibutirat-ko-valerat (PHBV). Aplikasi PHA disesuaikan dengan karakteristik masing-masing PHA, seperti PHA homopolimer dimanfaatkan untuk material yang memerlukan sifat lebih rigid, sementara PHA kopolimer dimanfaatkan untuk material yang memerlukan sifat lebih fleksibel atau elastis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat bakteri halofilik galur lokal yang dapat memproduksi PHB, yaitu Halomonas elongata BK-AG25 dengan sumber karbon glukosa dan Salinivibrio sp. dengan sumber karbon berupa limbah cair kelapa sawit (Palm oil mill effluent/POME). Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi beberapa bakteri penghasil PHA dan kombinasi sumber karbon dapat menghasilkan PHA kopolimer yang dapat dijadikan sebagai ekplorasi potensi aplikasi. Penggunaan limbah sebagai sumber karbon dapat mendukung solusi berkelanjutan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bioplastik PHA kopolimer dari kultur campuran bakteri halofilik galur lokal Halomonas elongata BK-AG25 dan Salinivibrio sp. dengan menggunakan POME sebagai sumber karbon serta menentukan karakteristik bioplastiknya. Produk dikarakterisasi menggunakan metode Fourier Transform Infra-Red (FT-IR), Proton Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR), Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS), Thermogravimetric Analysis/Differential Thermogravimetric (TGA/DTG), dan Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive System (SEM-EDS), dengan hasil yang kemudian dibandingkan dengan data dari literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBV berhasil diperoleh sebanyak 56,3 ± 5,1 mg/L media. Spektrum FT-IR menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 1234 cm?1 (C-O), 1380 cm?1 dan 1455 cm?1 (-CH3), 2928 cm?1 (-CH), 1730 cm?1 (C=O), dan 3420 cm?1 (-OH). Spektrum 1H-NMR menunjukkan sinyal pada geseran kimia 0,87 ppm (H pada CH3 residu hidroksivalerat), 1,26 ppm (H pada CH3 residu hidroksibutirat), 1,59 ppm (H pada CH2 residu hidroksivalerat), 2,34 ppm dan 5,34 ppm (H pada CH2 dan CH residu hidroksibutirat serta hidroksivalerat). Spektrum GC-MS juga menunjukkan kesesuaian pola fragmentasi PHBV ditandai munculnya sinyal m/z 39, 41, 55, 69, dan 83. Sementara hasil karakterisasi termal produk menggunakan TGA/DTG menunjukkan pengurangan massa sebesar 33% dan temperatur dekomposisi 311? dengan laju dekomposisi 3,25% per menit. Morfologi produk membentuk agregat dengan komposisi atom C dan O berturut-turut 63,85% dan 26,25% ditunjukkan oleh hasil analisis SEM-EDS. Penelitian ini membuka kesempatan untuk mengolah limbah POME menjadi bioplastik bernilai ekonomi tinggi yang ditunjukkan oleh potensi aplikasi PHBV di beberapa sektor industri.