digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nusa Tenggara Barat adalah provinsi penghasil biji kakao dengan kualitas unggul di Indonesia. Kampung Cokelat Senara adalah UMKM pertama dan satu-satunya di Lombok yang megolah biji kakao menjadi bahan setengah jadi hingga memproduksi produk olahan coklat. Kampung Cokelat Senara merupakan hasil kolaboratif antara Kelompok Tani Bunga Mekar dan Kelompok Wanita Tani Bunga Mekar yang berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Fermentasi biji kakao telah terinisiasi untuk meningkatkan mutu, rasa, aroma, dan ketahanan simpan. Namun produksinya belum konsisten secara kuantitas maupun kualitas, karena hasil panen dan hasil fermentasi sangat dipengaruhi kondisi iklim dan lingkungan. Selain itu, hanya sebagian kecil petani yang dapat melakukan teknik fermentasi. Hal ini menyebabkan kelangkaan biji kakao terfermentasi dan menghambat aliran rantai pasok. Selain pengadaan bahan baku, berbagai permasalahan dari aspek sosial, ekonomi, dan kondisi lingkungan dapat berisiko menghambat proses manufaktur hingga distribusi produk. Permintaan yang tidak sebanding dengan kebutuhan pasokan dapat mempengaruhi aliran rantai pasok. Manajemen risiko rantai pasok dapat membantu menganalisis risiko sehingga mempersiapkan pelaku usaha untuk memberikan tindakan preventif, menanggulangi risiko yang ada melalui tindakan korektif, dan menjaga perusahaan dari kerugian yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko rantai pasok, menilai dan menentukan faktor risiko rantai pasok, serta menentukan strategi mitigasi risiko rantai pasok kakao di UMKM Kampung Cokelat Senara. Penelitian dilakukan melalui wawancara, kuisioner, observasi, dan dokumentasi. Analisis rantai pasok dilakukan secara deskriptif berdasarkan Supply Chain Operation References (SCOR). Analisis data dilakukan sesuai prosedur manajemen risiko, yaitu mengidentifikasi faktor risiko melalui wawancara dengan informan kunci, mengestimasi dan menilai risiko melalui Failure Modes Effect Analysis (FMEA), dan merencanakan pengananan risiko melalui perumusan strategi dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Responden kuisioner FMEA terdiri atas petani sebanyak 49 orang yang ditentukan dengan metode purposive sampling, pegawai di pengolahan dan manufaktur sebanyak 8 orang serta pegawai outlet sebagai 3 orang yang ditentukan dengan metode sensus. Responden kuisioner AHP adalah pakar dari representatif pemerintah daerah, pelaku usaha, dan akademisi. Didapatkan bahwa kegiatan produksi di UMKM Kampung Cokelat Senara pada tahun 2022 membutuhkan 15.000 kg biji kakao kering dalam satu tahun untuk memproduksi 7.800 kg bubuk kakao, 1.920 kg lemak kakao, dan 600 kg produk olahan cokelat seperti cokelat batang dan permen coklat. Teridentifikasi 3 aktor primer dalam rantai pasok kakao di UMKM Kampung Cokelat Senara, yaitu petani kakao, pengolah dan manufaktur, serta distributor/retailer. Teridentifikasi 10 faktor risiko pada petani kakao, 9 faktor risiko pada produsen produk kakao, dan 7 faktor risiko pada distributor/retailer. Faktor risiko prioritas di tingkat petani kakao adalah kerusakan akibat hama dan penyakit (RPN=440,48). Faktor risiko prioritas di tingkat produsen adalah pasokan bahan baku yang tidak menentu (RPN=363,08). Faktor risiko prioritas di tingkat distributor/retailer adalah fluktuasi minat beli masyarakat (RPN=373,33). Petani kakao merupakan aktor prioritas dalam rantai pasok (bobot AHP=0,454). Strategi prioritas untuk manajemen risiko rantai pasok di tingkat petani adalah Program Intensifikasi Tanaman melalui Demonstrasi Plot (bobot AHP=0,454). Strategi prioritas untuk manajemen risiko rantai pasok di tingkat produsen adalah bermitra dengan petani dari desa sekitar untuk pengadaan bahan baku tambahan (bobot AHP=0,61). Strategi prioritas untuk manajemen risiko rantai pasok di tingkat distributor/retailer adalah melakukan analisa pasar untuk pengembangan pemasaran produk (bobot AHP=0,631). Rekomendasi untuk UMKM Kampung Cokelat Senara sebagai pelaku usaha yang mendapatkan pasokan biji kakao dari petani di kawasan Gangga adalah membantu menyalurkan bantuan sarana produksi pertanian dan memberikan bimbingan teknis sehingga menjaga kualitas dan kuantitas pasokan biji kakao. UMKM Kampung Cokelat Senara disarankan untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah, terutama Dinas Perkebunan untuk mengadakan penyuluhan untuk penanggulangan hama dan penyakit terpadu serta pengadaan pestisida hayati sebagai upaya intensifikasi pertanian kakao. Untuk menjaga kontinuitas dan keberlanjutan pengolahan dan manufaktur, UMKM Kampung Cokelat Senara disarankan untuk menerapkan kemitraan PIR (Inti-Plasma) untuk memperkuat hubungan kerjasama antara pemasok dan produsen. Kemitraan ini dapat dibangun dengan mediasi dari pemerintah desa dan dinas pertanian. Untuk memperkuat penjualan dan distribusi, UMKM Kampung Cokelat Senara perlu melakukan spesialisasi produk minuman cokelat dan cokelat batangan. Spesialisasi produk dapat diikuti dengan peningkatan kualitas produk, edukasi produk, dan pemasaran secara digital untuk mencapai target pasar yang lebih luas.