BAB 1 Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Joshua Abraham Talabessy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Perkembangan paduan logam pada masa ini sangat digencarkan akibat kebutuhannya
yang yang terus meningkat. Berbagai sektor dalam industri transportasi membutuhkan
paduan yang memiliki sifat mekanis yang mumpuni, salah satunya pada industri
penerbangan atau aviasi. Keberadaan paduan entropi tinggi Al0,75CoCrCuFeNi dapat
diperuntukan bagi aplikasi pada temperatur tinggi akibat kemampuannya untuk
mempertahankan wujud melalui sifat-sifat intrinsiknya. Keberadaan garam yang sering
muncul sebagai residu dari bahan bakar fosil dapat menjadi masalah yang mengancam
integritas paduan karena dapat menginduksi terjadinya hot corrosion. Percobaan
dilakukan dengan menguji ketahanan paduan terhadap paparan garam Na2SO4 beserta
fluks V2O5 secara siklik untuk mensimulasikan kinerja bilah turbin pada mesin pesawat
terbang, dan percobaan ini dilakukan pada temperatur 1100? C.
Dilakukan percobaan uji hot corrosion secara siklik, yakni per satu jam, untuk
mempelajari kestabilan struktur mikro dan kecenderungan paduan Al0,75CoCrCuFeNi
untuk terdegradasi pada lingkungan ini. Percobaan diawali dengan proses peleburan
unsur pemadu menggunakan direct current – electric arc furnace (DC-EAF) dan
dilanjutkan dengan homogenisasi pada temperatur 1100 ?C menggunakan tanur tabung
horizontal dalam lingkungan inert. Selanjutnya, dilakukan pemotongan button logam
untuk menghasilkan kupon untuk dikarakterisasi, kemudian dilakukan pengujian hot
corrosion pada temperatur 1100 ?C dengan variasi 4, 8, 12, dan 16 siklus pada kupon
yang tersisa. Paduan yang telah dilakukan uji hot corrosion akan dikarakterisasi
menggunakan X-ray diffractometer (XRD), scanning electron microscope – energy
dispersive spectroscopy (SEM-EDS), dan mikroskop optik.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapati bahwa paduan Al0,75CoCrCuFeNi as
homogenized memiliki tiga fasa penyusun yaitu fasa FCC atau face-centered cubic
dalam bentuk dendritik, fasa FCC yang kaya Cu dalam bentuk interdendritik, dan fasa
FCC + BCC atau body-centered cubic dalam bentuk interdendritik. Ditemukan bahwa
nilai koefisien kinetika reaksi awal dan lanjutan sebagai fungsi waktu pada variasi 4,
8, 12, dan 16 siklus secara berturut-turut adalah -3,2408×10-3 dan -1,1138×10-5, -
1,1321×10-3 dan -7,8611×10-6, -1,0277×10-3 dan -8,6111×10-6, -7,3141×10-4 dan -
7,4889×10-6. Perubahan yang terjadi akibat hot corrosion adalah pada morfologi dan
distribusi unsur pemadu. Mekanisme terjadinya hot corrosion secara dominan
dipengaruhi oleh oksidasi dan salt fluxing.