digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-cover.pdf

File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab1.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab2.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab3.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab4.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab5A.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab5B.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-bab6.pdf
File tidak tersedia

1996 TS PP MOCH. DUDDY STUDYANA 1-pustaka.pdf
File tidak tersedia

Abstrak : Meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa, akan cukup berpengaruh kepada pilihan konsumen khususnya dalam pemakaian moda transportasi. Seringkali konsumen berani berkorban dengan membayar sedikit lebih mahal asalkan tingkat pelayanan (level of service) cukup memuaskan selera mereka. Dalam kehidupan sehari-hari proses pemilihan moda angkutan penumpang seringkali kita temui terutama untuk perjalanan yang cukup jauh. Misalnya saja perjalanan antar kota khususnya dari Bandung ke Surabaya ataupun sebaliknya, senantiasa penumpang dihadapkan kepada suatu keputusan dalam menentukan jenis moda yang akan dipergunakan. Sehingga penumpang. selama perjalanan dapat menikmati pelayanan (service) yang diberikan oleh masing-masing moda yang tersedia. Untuk lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan, mencoba mengidentifikasi kecenderungan pemilihan konsumen pada rute Bandung - Surabaya atau sebaliknya, dengan moda angkutan dapat dan moda angkutan udara antara lain Pesawat, TAXI, K.A Bisnis, K.A Eksekutif, Bis Patas/AC, Bis Biasa dan Kendaraan pribadi. Tingkat pengamatan studi ini adalah disaggregate artinya berdasarkan informasi dan kondisi individual yang terlibat langsung pada proses pemilihan moda tersebut. Dengan menganalisis beberapa atribut yang dapat memberikan konstribusi dalam menentukan pemilihan moda, selanjutnya dirumuskan menjadi suatu bentuk kuantitatif. Sehingga diharapkan dapat mengukur utilitas dari moda angkutan darat dan udara. Fungsi utilitas tersebut menjadi masukan bagi model pemilihan diskrit yang disebut model logit multinomial, ini akan mengukur probabilitas segmen pasar untuk masing-masing moda perjalanan. Fungsi utilitas sangat berkaitan erat dengan ukuran parameter dari atribut pelayanan suatu moda dan berhubungan secara linear. Adapun atribut pelayanan yang diukur melibatkan beberapa faktor diantaranya : waktu, ongkos, ketepatan, kemudahan, kenyamanan dan keamanan selama melakukan perjalanan dari tempat asal sampai ke tempat tujuan (door to door) khususnya untuk perjalanan Bandung-Surabaya atau pun sebaliknya. Berdasarkan taksiran fungsi maximum likelihood parameter-parameter yang berada dalam fungsi utilitas ternyata cukup berpengaruh untuk menentukan peluang terpilihnya suatu moda dalam kaitannya dengan pelaku perjalanan (traveller). Penjabaran model logit multinomial dalam proses perilaku memilih moda yang dilakukan oleh konsumen, dengan melibatkan beberapa faktor pelayanan (service attribut) dapat memperlihatkan secara global preferensi konsumen dalam memilih moda yang diinginkannya. Sebagai gambaran hasil analisis menunjukkan bahwa peluang terpilihnya moda oleh konsumen berdasarkan urutan ranking adalah sebagai berikut: 1. Moda Kereta Api Bisnis 2. Moda Bis Biasa 3. Moda Bis Patas/AC 4. Moda Kereta Api Eksekutif 5. Moda Pesawat 6. Moda Taxi 7. Moda Kendaraan Pribadi Ternyata moda kereta api khususnya kelas Bisnis menempati posisi tertinggi, artinya untuk perjalanan Bandung-Surabaya ataupun sebaliknya konsumen cenderung lebih menyukai moda ini, bila dibandingkan dengan jenis moda lainnya. Malahan ternyata moda kendaraan pribadi merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan konsumen. Secara tidak langsung hasil akhir analisis model logit Multinomial akan menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait, khususnya dalam menerapkan kebijakan-kebijakan transport yang dilakukan oleh perusahaan jasa angkutan, misalnya pihak Perumka harus segera mengantisipasi kesiapan perencanaan sarana clan prasarana perkeretaapian guna mengimbangi gejolak pilihan konsumen yang cukup besar akan moda ini. Begitu pula bagi perusahaan angkutan bis, perdu mendapat perhatian khusus, karena moda bis akan menjadi alternatif pilihan kedua setelah kereta api.