digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-COVER.pdf


2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 1.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 2.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 3.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 4.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 5.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-BAB 6.pdf

2007 TS PP MIRZA KURNIAWAN 1-PUSTAKA.pdf

Pemasaran produk hasil hutan khususnya pulp dan kertas harus memenuhi tuntutan konsumen apakah secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain pemenuhan kualitas produk tuntutan secara kualitatif diterjemahkan sebagai sertifikasi untuk memastikan kualitas pulp dan kertas dipandang dari aspek kelangsungan produksi, kepastian hukum, sosial dan lingkungan juga menjadi dasar pemenuhan kebuthan kualitatif. Dalam rangka menjaga tiga prinsip kelestarian, Riaufiber mengimplementasikan sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL). Selain implementasi PHTL, Riaufiber harus bisa menjamin keabsahan kayu yang dikirim ke pabrik sebagai bahan baku untuk industri pulp dan kertas. Penelitian ini akan mengkaji implementasi sistem operasional dan informasi dalam penelusuran dan pengontrolan kayu dalam PHTL dilihat dari aspek manusia sebagai pengguna (humanware) dan lembaga (orgaware) sebagai pendukung pengawasan produksi dan kepastian sumber kayu. Sistem operasional yang diterapkan dalam penelusuran dan pengontrolan kayu dalam PHTL di Riaufiber dapat membuktikan keabsahan kayu secara fisik dan dokumentasi. Sistem ini didukung dengan implementasi sistem informasi yaitu Plantation Information Management System (PIMS) dan Production Control System (PCS) yang sangat membantu dan memudahkan operasional di lapangan. Sistem informasi yang digunakan (PIMS dan PCS) diketahui dengan baik oleh sebagian besar reponden yaitu sebanyak 87% (75 orang) dari 86 responden. Sebesar 79% (68 orang) dari 86 responden mengetahui dan memahami prinsip kerja dari PIMS dan PCS. Semua Askep dan Manager memahami dengan baik prinsip kerja PIMS dan PCS sementara level Mandor hanya 60% (18 orang) dan Asisten sebesar 88% atau sebanyak 42 orang. Kendala dalam implementasi sistem operasional dan informasi dalam penelusuran dan pengontrolan kayu adalah masalah kedisiplinan dan kekurangan tenaga kerja lapangan dalam pengawasan. Kedua kendala ini dikategorikan dalam aspek humanware dan orgaware dalam analisis implementasi sistem. Dari hasil kajian dirumuskan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan implementasi sistem operasional dan informasi dalam menjamin keabsahan kayu. Training khusus terutama yang berkaitan dengan teknis pekerjaan pada level mandor mengenai sistem PHTL harus diberikan dalam rangka meningkatkan kepedulian dan pemahaman akan PHTL di Riaufiber. Perlu dilakukan studi lebih mendetail untuk mendapatkan standar volume muatan per jenis truk sehingga tidak akan ditemukan lagi selisih antara volume TPN dengan TUK yang terlalu jauh. Analisa lebih dalam mengenai standar jumlah pengawas (Loading Foreman) terhadap cakupan areal yang diawasi untuk mengantisipasi kekurangan tenaga pengawasan di lapangan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kedisiplinan karyawan, training mengenai etos kerja harus ditingkatkan dan penetapan aturan yang berkaitan dengan kedisiplinan dalam bekerja perlu dibuat sedemikian rupa.