digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

DEVY RAHMAWATI
PUBLIC Latifa Noor

Genus Dehaasia merupakan salah satu tumbuhan dari famili Lauraceae yang terdiri dari 44 spesies. Genus ini memiliki keragaman spesies yang tinggi di Indonesia khususnya di Pulau Sumatera. Secara lokal, genus Dehaasia dikenal sebagai “gajus hutan” atau “pekan”. Pohonnya memiliki tinggi sekitar 6?35 m, kulit kayunya tipis, putih, halus dan mudah terkelupas. Dehaasia memiliki kegunaan yaitu kayunya biasa digunakan untuk bahan bangunan, bahkan tumbuhan ini dapat digunakan dalam etnomedis untuk pengobatan infeksi mikroba dan bisul. Namun, penelitian tentang kandungan metabolit sekunder dan bioaktivitasnya masih terbatas. Beberapa spesies Dehaasia utamanya dilaporkan mengandung alkaloid,di antaranya yaitu kelompok benzilisokuinolin, bisbenzilisokuinolin, aporfin, bisaporfin, fenantren dan morfinan. Metabolit sekunder dari genus Dehaasia dilaporkan juga memiliki beragam aktivitas sebagai antiplasmodial, antibakteri, sitotoksik, dan antioksidan. Salah satu spesies Dehaasia yang tumbuh di Indonesia, dan ada di Kebun Raya Bogor yaitu Dehaasia caesia Blume yang merupakan tumbuhan endemik di pulau Sumatera. Kajian fitokimia dari spesies ini belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi metabolit sekunder dari kulit batang Dehaasia caesia dan uji bioaktivitas sitotoksiknya. Uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 dipilih sebagai salah satu skrining awal pencarian lead compound antikanker yang disarankan oleh National Cancer Institute (NCI). Metode isolasi metabolit sekunder yang dilakukan meliputi ekstraksi dengan pelarut aseton. Ekstrak aseton kulit batang yang diperoleh dilakukan pemisahan dan pemurnian dengan berbagai teknik kromatografi, yang meliputi kromatografi cair vakum (KCV) serta kromatografi kolom gravitasi (KKG) sehingga diperoleh senyawa murni. Uji kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Karakterisasi struktur senyawa dianalisis dengan teknik spektroskopi, yang meliputi 1D-NMR (1H NMR dan 13C NMR) dan 2D-NMR (HSQC dan HMBC). Selain itu, untuk menentukan stereokimia dari senyawa dilakukan pengukuran putaran optis dan circular dichroism (CD). Selanjutnya, uji bioaktivitas ekstrak dan senyawa hasil isolasi yaitu uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 dengan metode MTT(3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida) assay. Pada penelitian ini telah berhasil diperoleh lima senyawa dari ekstrak aseton kulit batang Dehaasiacaesia, dua di antaranya telah diidentifikasi sebagai turunan neolignan yaitu (-)-licarin B (54), 7S,8R-licarin A (55), dan satu turunan lignan yaitu (-)-asam dihidroguaiaretat (56). Senyawa turunan lignan dan neolignan tersebut merupakan senyawa yang telah diisolasi dari beberapa genus lain dalam famili Lauraceae, tetapi untuk pertama kali diisolasi dari genus Dehaasia. Uji sitotoksik ekstrak aseton kulit batang Dehaasia caesia dan senyawa hasil isolasi terhadap sel murin leukemia P-388 menunjukkan bahwa ekstrak aseton kulit batang Dehaasia caesia dan 7S,8R-licarin A (55) bersifat aktif dengan nilai IC50 5,6 ????g/mL dan 3,9 ????g/mL. Sementara, (-)-licarin B (54) dan (-)-asam dihidroguaiaretat (56) bersifat tidak aktif dengan nilai IC50 4,7 ????g/mL dan 5,9 ????g/mL. Uji sitotoksik (-)- licarin B (54) dan (-)-asam dihidroguaiaretat (56) terhadap sel murin leukemia P- 388 belum pernah dilaporkan sebelumnya.