digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rafi Hexa Fauzan
PUBLIC Yuliani Astuti

BAB 1 Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Rafi Hexa Fauzan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan wilayah yang kompleks secara geologis, yaitu berada di perbatasan antara zona tektonik aktif (Hall, 2009). Dengan adanya berbagai dinamika pada permukaan Bumi, yang mengakibatkan adanya pergerakan pada kedudukan titiktitik pada permukaan Bumi, maka dibutuhkan suatu konsistensi dan standarisasi sistem (Abidin, 2001). Indonesia memiliki Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013, yang menggunakan kerangka referensi geospasial global ITRF 2008, dan direalisasikan pada bentuk Jaring Kontrol Geodesi (JKG). Pemutakhiran SRGI dapat dilakukan karena berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kedudukan pada titik-titik JKG. Adanya pemutakhiran SRGI2013, yaitu dengan melakukan penambahan epoch baru, akan menimbulkan sejumlah konsekuensi yang dapat terjadi di lapangan. Penelitian dibuat dengan memiliki tujuan untuk memperoleh besar pergerakan titik-titik stasiun pengamatan di Indonesia serta mengidentifikasi dampak yang diberikan pemutakhiran SRGI2013 terhadap informasi geospasial, dalam hal ini Peta Rupa Bumi Indonesia (PRBI), berdasarkan besar pergerakan titik-titik stasiun pengamatan tersebut. Titik-titik stasiun pengamatan dikelompokkan dalam 11 kluster yang memiliki karakteristik arah pergerakan yang sama, dan dari setiap kluster tersebut diperoleh nilai rata-rata pergerakan horizontal. Rata-rata nilai pergerakan selanjutnya dibandingkan dengan nilai ketelitian peta RBI, dengan 8 dari 11 kluster belum cukup untuk melewati toleransi Kelas 1 untuk peta RBI skala terbesar (1:1.000). Sehingga, jika hanya mempertimbangkan pergerakan stasiun CORS dalam waktu 9 tahun, maka perubahan SRGI2013 dari epoch 2012.0 ke epoch 2021.0 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap keakuratan dari Peta Rupa Bumi Indonesia.