Penurunan produksi kayu kualitas tinggi dan kenaikan produksi kayu cepat tumbuh dengan kualitas rendah menyebabkan pembuatan kayu rekayasa seperti Cross Laminated Timber (CLT) menjadi salah satu pilihan terbaik untuk meningkatkan kualitas dan pemenuhan kebutuhan produk berkayu. Salah satu bahan yang memiliki potensi tinggi untuk dijadikan bahan baku CLT adalah bambu dan kayu gmelina (Gmelina arborea). Namun, kelemahan dari produk berkayu ini adalah tidak tahan terhadap serangan jamur pelapuk. Jamur Trichoderma ressei tergolong kedalam jamur pelapuk soft rot yang dapat merusak produk berkayu. Salah satu metode untuk meningkatkan kualitas dari produk berkayu seperti CLT adalah dengan menambahkan bahan pengawet berupa disodium tetraborate pentahidrat (Na2B4O7.5H2O). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman bambu betung dan kayu gmelina sebagai bahan baku CLT hibrid dalam larutan disodium tetraborate pentahidrat terhadap serangan jamur T. ressei. Penelitian diawali dengan mengawetkan bambu dan kayu gmelina dengan metoda rendaman menggunakan disodium tetraborate pentahidrat konsentrasi 7% (b/v) pada berbagai variasi lama rendaman (8, 12, dan 16 jam). Bambu betung (Dendrocalamus asper) dan kayu gmelina yang telah diawetkan dibuat produk CLT hibrid. Pembuatan CLT dilakukan dengan menggunakan perekat isosianat (berat labur 250 gram/cm2) pada permukaan kayu gmelina. Setelah itu, strip bambu betung disusun diatas papan yang sudah diberi perekat. Lamina tengah berisi strip bambu betung tersebut akan disilangkan kembali dengan papan gmelina yang sudah diberi perekat dan papan yang sudah disusun dikempa dingin (cold press) dengan tekanan 60 kg/cm2 selama 2 jam. Produk CLT yang dihasilkan diuji ketahanannya terhadap serangan jamur T. ressei menggunakan SNI 7207-2014. Retensi bahan pengawet, penurunan berat, kelas ketahanan dan analisis morfologi serangan jamur secara makroskopis diamati. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi lamanya rendaman memiliki nilai retensi yang sesuai dengan SNI 7207-2014. Perlakuan rendaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelas ketahanan CLT hibrid dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa pengawetan). Namun demikian, perlakuan lamanya rendaman tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kelas ketahanan CLT hibrid, sehingga lamanya perendaman yang optimal dicapai pada 8 jam.