Keruntuhan lereng merupakan fenomena yang sering terjadi pada tambang terbuka, baik pada
lereng pit maupun lereng timbunan. Salah satu jenis keruntuhan lereng yang paling sering
terjadi adalah keruntuhan busur, yang umumnya terjadi pada lereng yang tersusun dari material
tanah, massa batuan yang terkekarkan, serta material batuan yang lapuk. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah keruntuhan busur tersebut adalah dengan memasang
perkuatan pada lereng atau mengubah geometri lereng. Pemakuan tanah dengan material kayu
merupakan salah satu bentuk perkuatan yang biasa digunakan pada lereng di area
pertambangan yang bermaterial tanah, khususnya pada lereng galian sementara. Selain mudah
didapat, penggunaan kayu juga dapat menekan biaya dan cukup mudah dalam penerapannya.
Namun hingga saat ini belum banyak pedoman yang dapat digunakan dalam pemasangan
perkuatan kayu di dunia pertambangan, khususnya di Indonesia yang memiliki jenis tanaman
kayu yang beragam. Kurangnya pedoman ini menyebabkan pemasangan perkuatan kayu pada
lereng tambang yang dilakukan terkadang tidak mempunyai dasar ilmiah yang kuat dan
menjadi tidak efektif. Penelitian ini mengkaji pengaruh berbagai parameter geometri
pemasangan perkuatan dengan kayu di lereng tambang yang bermaterial tanah, meliputi jarak
perkuatan kayu, dan pola pemakuan untuk menentukan cara terbaik dalam memasang
perkuatan. Terkait kasus lereng jalan angkut, diperoleh bahwa pemakuan tanah menggunakan
kayu dilakukan secara vertikal, baris sejajar strike lereng, jarak antar paku 5m dan kayu yang
digunakan adalah kayu ulin. Rekomendasi pemasangan perkuatan lereng tambang dengan
material kayupun telah dibuat mengacu pada contoh kasus penelitian, meliputi penghitungan
faktor keamanan pada lereng menggunakan metode Bishop dalam slide 6.0, Analisis deformasi
menggunakan RS 2 dan komparasi dengan hasil pemantauan pergerakan harian yang
didapatkan dari penembakan prisma pemantauan.