digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keruntuhan lereng merupakan fenomena yang sering terjadi pada tambang terbuka, baik pada lereng pit maupun lereng timbunan. Salah satu jenis keruntuhan lereng yang paling sering terjadi adalah keruntuhan busur, yang umumnya terjadi pada lereng yang tersusun dari material tanah, massa batuan yang terkekarkan, serta material batuan yang lapuk. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keruntuhan busur tersebut adalah dengan memasang perkuatan pada lereng atau mengubah geometri lereng. Pemakuan tanah dengan material kayu merupakan salah satu bentuk perkuatan yang biasa digunakan pada lereng di area pertambangan yang bermaterial tanah, khususnya pada lereng galian sementara. Selain mudah didapat, penggunaan kayu juga dapat menekan biaya dan cukup mudah dalam penerapannya. Namun hingga saat ini belum banyak pedoman yang dapat digunakan dalam pemasangan perkuatan kayu di dunia pertambangan, khususnya di Indonesia yang memiliki jenis tanaman kayu yang beragam. Kurangnya pedoman ini menyebabkan pemasangan perkuatan kayu pada lereng tambang yang dilakukan terkadang tidak mempunyai dasar ilmiah yang kuat dan menjadi tidak efektif. Penelitian ini mengkaji pengaruh berbagai parameter geometri pemasangan perkuatan dengan kayu di lereng tambang yang bermaterial tanah, meliputi jarak perkuatan kayu, dan pola pemakuan untuk menentukan cara terbaik dalam memasang perkuatan. Terkait kasus lereng jalan angkut, diperoleh bahwa pemakuan tanah menggunakan kayu dilakukan secara vertikal, baris sejajar strike lereng, jarak antar paku 5m dan kayu yang digunakan adalah kayu ulin. Rekomendasi pemasangan perkuatan lereng tambang dengan material kayupun telah dibuat mengacu pada contoh kasus penelitian, meliputi penghitungan faktor keamanan pada lereng menggunakan metode Bishop dalam slide 6.0, Analisis deformasi menggunakan RS 2 dan komparasi dengan hasil pemantauan pergerakan harian yang didapatkan dari penembakan prisma pemantauan.