digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seiring dengan perkembangan dunia medis, bioteknologi berperan penting dalam pengembangan obat-obat biologis, hingga diagnostik. Salah satu format alat diagnostik yang kerap digunakan adalah ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), yang menggunakan horseradish peroksidase (HRP) sebagai enzim penanda keberadaan analit pada sampel yang diuji. Namun sayangnya tanaman sumber HRP yaitu horseradish hanya tumbuh di daerah subtropis, yang kemudian mengakibatkan Indonesia bergantung kepada impor untuk memenuhi kebutuhan HRP. Maka dari itu, untuk memutus ketergantungan tersebut, perlu dikembangkan peroksidase alternatif yang berasal dari tanaman yang tumbuh di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknik isolasi white radish peroksidase (WRP) yang berasal dari tanaman lobak putih (Raphanus sativus L.) dan menguji penggunaannya sebagai alternatif untuk menggantikan HRP. Pada penelitian ini diadopsi teknik isolasi WRP dengan menggunakan metode presipitasi polietilen glikol 400 dan polietilen glikol 6000. Penelitian ini menguji efek isolasi satu tahap menggunakan PEG 6000 30% (w/v) dan dua tahap menggunakan PEG 400 20% (v/v) dan PEG 6000 30% (w/v) berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan jumlah isolat kasar yang terisolasi melalui satu tahap maupun dua tahap esktraksi tidak memiliki perbedaan signifikan dalam jumlah WRP yang terisolasi. Namun penambahan PEG 400 20% (v/v) pada tahap awal isolasi dapat mengeliminasi protein pengotor yang memiliki nilai koefisien partisi (K) lebih rendah dari WRP, sehingga menghasilkan isolat kasar WRP yang lebih murni. Selanjutnya, penambahan PVP kedalam sediaan WRP dapat meningkatkan kelarutan WRP yang telah di liofilisasi, pada saat dilarutkan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan bahwa penambahan lioprotektan memberi efek proteksi terhadap WRP pada saat di liofilisasi. Hasil percobaan yang bertujuan untuk mengetahui potensi WRP sebagai pengganti HRP menunjukan bahwa isolat kasar WRP yang diperoleh dapat terkonjugasi pada mouse anti-human HbsAg. Namun demikian, meskipun WRP berhasil dikonjugasi, pengujian konjugat pada sistem ELISA tidak memberikan sinyal yang cukup untuk meyakinkan bahwa isolat kasar WRP bisa menggantikan HRP pada sistem ELISA. Diperkirakan, hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat kemurnian isolat kasar WRP yang digunakan memungkinkan protein pengotor ikut terkonjugasi dan mengakibatkan sinyal yang dihasilkan oleh konjugat relatif rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pengembangan lanjutan untuk meningkatkan kemurnian isolat WRP, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti HRP pada sistem ELISA.