digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Peningkatan kebutuhan manusia menyebabkan terjadinya eksploitasi ekosistem yang berlebihan dan merusak ekosistem pesisir, sehingga diperlukan intervensi dengan pendekatan holistik untuk menyelesaikan permasalahan dalam eksploitasi melalui pemahaman sistem secara menyeluruh dengan menggunakan kerangka analisis Social-Ecological System yang merupakan konsep untuk mempelajari keterkaitan kompleks antara manusia dengan lingkungan. Pengetahuan dan perspektif baru juga diperlukan dalam upaya intervensi yang dilakukan melalui pengelolaan. Analisis terkait proses interaksi pihak terlibat untuk menghasilkan pengetahuan baru dan pemahaman terhadap sistem yang dikelola dilakukan menggunakan konsep pembelajaran sosial. Pemahaman interaksi dan karakteristik sistem diperlukan sebagai masukan perencanaan dan strategi, sehingga dilakukan penelitian terkait proses interaksi sistem sosial ekologi dan pengaruhnya terhadap sistem secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengaruh proses interaksi antara subsistem sosial dan subsistem ekologi dalam kerangka Social-Ecological System terhadap keseluruhan sistem wilayah pesisir. Dilakukan analisis terkait proses pengelolaan ekosistem, proses pembelajaran sosial, dan outcome pembelajaran sosial. Penelitian ini dilakukan di Desa Mayangan dan Desa Legon Wetan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat sebagai desa pesisir yang telah mengalami degradasi ekosistem akibat abrasi. Dasar teori dari penelitian ini adalah sistem sosial ekologi, pengelolaan adaptif, dan pembelajaran sosial. Management and Transition Framework (MTF) digunakan sebagai kerangka kerja untuk memahami interaksi yang terjadi dalam sistem sosial ekologi Desa Mayangan dan Desa Legon Wetan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, FGD, observasi, dan tinjauan berbagai literatur. Analisis dilakukan secara kualitatif menggunakan content analysis untuk menyusun kesimpulan secara sistematis dan objektif untuk validasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 isu utama dalam sejarah proses pengelolaan hutan mangrove di Desa Mayangan dan Legon Wetan, yaitu eksploitasi mangrove, kerusakan ekosistem, perubahan pola pikir dari eksploitasi menjadiii restorasi, dan pengelolaan adaptif. Abrasi terjadi akibat berbagai faktor, antara lain pembukaan lahan hutan mangrove untuk tambak secara berlebihan, pengurangan suplai sedimen akibat pembelokan muara Sungai Cipunagara, dan penurunan muka tanah sehingga terjadi kerusakan ekosistem yang berdampak pada hilangnya lahan, peningkatan frekuensi dan intensitas banjir rob, dan penurunan kemampuan ekonomi masyarakat. Berbagai upaya restorasi mangrove telah dilakukan dengan bantuan dari pihak luar desa, mulai dari hard engineering hingga soft engineering, namun abrasi tetap terjadi sehingga dapat dinilai bahwa upaya yang dilakukan masih belum efektif. Hal ini terjadi karena adanya beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya restorasi ekosistem mangrove, antara lain belum ada aktor penghubung untuk mewadahi pembelajaran sosial para aktor, upaya restorasi yang dilakukan masih terpisah-pisah karena interaksi aktor yang rendah, partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi mangrove rendah, serta ketergantungan upaya restorasi terhadap pihak luar terutama dalam pendanaan. Terdapat beberapa keterbatasan dalam studi ini, salah satunya adalah analisis terkait dampak upaya restorasi mangrove yang dilakukan terhadap ketangguhan ekosistem, sehingga diperlukan penelitian lanjutan. Selain itu, perencanaan komprehensif juga dibutuhkan dalam melakukan restorasi mangrove. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rekomendasi dalam upaya restorasi ekosistem mangrove di Desa Mayangan dan Legon Wetan.