digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ULUL ALBAB
PUBLIC Latifa Noor

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
EMBARGO  2027-08-15 

ULUL ALBAB
PUBLIC Latifa Noor

Permintaan pasar dunia zat warna saat ini meningkat pesat. Tahun 2020 zat warna diproduksi lebih dari 2 juta ton pertahunya dan memperoleh pangsa pasar sebesar $6 miliar. Pangsa pasar tersebut terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Namun sayangnya, seiring meningkatnya permintaan pasar zat warna, limbah yang dihasilkan semakin meningkat juga. Industri tekstil, merupakan industri penyumbang limbah zat warna terbesar yaitu sekitar 54%. Sebanyak 85% limbah tersebut dihasilkan dari proses pencelupan. Hal tersebut dapat terjadi karena daya serap warna terhadap serat selulosa tidak optimal sehingga zat warna sisa tersebut akan menjadi limbah dan dapat mencemari lingkungan. Salah satu zat warna yang sering digunakan dan memiliki daya serap warna yang rendah yaitu pewarna Reactive Black 5 (RB5). Daya serap warna yang kurang optimal tersebut diakibatkan oleh adanya kompetisi antara reaksi gugus vinil sulfon yang reaktif dengan hidrolisis gugus vinilsulfon menjadi gugus 2-hidroksietilsulfon. Gugus tersebut tidak bisa bereaksi dengan gugus hidroksil pada serat selulosa sehingga mengakibatkan rendahnya efisiensi proses pencelupan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut sekaligus meningkatkan kualitas dari zat warna sehingga memiliki harga jual yang lebih tinggi dengan meningkatkan daya serap warna menggunakan glisidil metakrilat (GMA). Daya serap warna diperoleh dengan membandingkan konsentrasi zat warna sebelum dan setelah pencelupan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan pemodelan reaksi menggunakan epiklorohidrin dengan tujuan sebagai model baru dalam modifikasi zat warna lainnya. Pemodelan ini dilakukan dengan mereaksikan fenol dengan epiklorohidrin hingga terbentuk produk glisidil fenil eter (GFE). Selanjutnya produk tersebut direaksikan kembali dengan gugus hidroksil pada glukosa. Hasil penelitian untuk modifikasi RB5 dengan GMA berhasil disintesis yang dikarakterisasi melalui analisis struktur dengan memanfaatkan data spektrum Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Hasil daya serap warna untuk RB5 yang termodifikasi meningkat 22%, dari 45% (RB5) menjadi 67% (RB5 termodifikasi). Sementara itu, GFE juga berhasil disintesis berupa cairan kuning dengan persen rendemen sebesar 73,56%. Namun GFE yang termodifikasi dengan glukosa tidak dapat disintesis dan hanya diperoleh produk samping berupa 1-metoksi-3-fenoksipropan-2-ol dengan persen rendemen 63,59% serta 3-fenoksipropan-1,2-diol dengan persen rendemen 18,34 %.