HANNIFA PUSPAWARDHANI R
PUBLIC Latifa Noor
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
HANNIFA PUSPAWARDHANI
PUBLIC Latifa Noor
Nikel dan kobalt dapat ditemukan secara alami di alam akibat dari letusan gunung
berapi, kebakaran hutan, dan pelarutan batuan yang mengandung biji nikel atau
biji logam lainnya. Nikel dan kobalt juga dapat dilepaskan ke lingkungan dari
berbagai aktivitas penambangan logam, limbah industri, pembakaran bahan bakar
fosil, serta pembuangan limbah rumah tangga. Kedua logam tersebut dalam
bentuk ion logamnnya bersifat karsinogenik yang menjadi penyebab kanker dan
berbagai jenis tumor. Maka dari itu, penting untuk memisahkan ion logam nikel
dan kobalt dari lingkungan perairan. Adsorpsi dapat menjadi metode pemisahan
yang efektif untuk memisahkan ion logam dari perairan karena metodenya yang
relatif sederhana dan murah. Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah
adsorben berbasis alginat/kitosan yang diaktivasi menggunakan asam klorida
untuk meningkatkan adsorptivitasnya terhadap ion logam dalam larutan.
Adsorben yang telah diperoleh dikarakterisasi menggunakan Fourier-transform
infrared spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Hasil optimasi kondisi adsorpsi
menunjukkan kondisi optimum adsorpsi ion Ni(II) dalam larutan menggunakan
adsorben berbasis alginat/kitosan sebelum dan setelah teraktivasi asam klorida
terjadi pada waktu kontak 60 menit, larutan pH 7, dan dosis adsorben sebesar 20
g/L. Sedangkan untuk adsorpsi ion Co(II) terjadi pada waktu kontak 120 menit
(adsorben sebelum teraktivasi), 30 menit (adsorben setelah teraktivasi), larutan pH
4, dan dosis adsorben sebesar 20 g/L. Studi kinetika adsorpsi untuk kedua
adsorben sebelum dan setelah teraktivasi asam klorida mengikuti model kinetika
orde dua semu dengan tetapan kinetikanya untuk adsorpsi ion Ni(II) berturut-turut
sebesar 3,88 × 10-3 dan 5,21 × 10-3 (mg/((L? menit)) dan untuk adsorpsi ion Co(II)
berturut-turut sebesar 109,7 × 10-3 dan 18,42 × 10-3 (mg/((L? menit)). Studi
isoterm dan termodinamika adsorpsi ion Ni(II) menggunakan adsorben sebelum
dan setelah teraktivasi menunjukkan adsorpsi mengikuti model isoterm Langmuir
dengan kapasitas maksimum berturut-turut sebesar 16,4 mg/g dan 16,8 mg/g.
Adapun reaksi berlangsung secara eksotermik untuk adsorben sebelum teraktivasi
dan endotermik untuk adsorben setelah teraktivasi. Nilai ?H, ?S, dan ?G untuk
adsorben sebelum teraktivasi beruturut-turut sebesar -65,60 kJ/mol, -346,23
J/mol, dan 39,30; 42,76; 46,23; 49,69 kJ/mol (303, 313, 323, 333 K). Sedangkan
untuk adsorben setelah teraktivasi, nilai ?H, ?S, dan ?G beruturut-turut sebesar
11,13 kJ/mol, -85,49 J/mol, dan 37,03; 37,88; 38,74; 38,59 kJ/mol (303, 313, 323,
333 K). Nilai ?S° yang lebih dominan daripada nilai ?H° menghasilkan nilai ?G°
yang positif. Meski demikian, proses adsorpsi tetap berlangsung secara spontan.
Hasil uji keberulangan adsorben untuk adsorpsi ion Ni(II) menunjukkan adsorben
berbasis alginat/kitosan baik sebelum maupun setelah teraktivasi menunjukkan
nilai yang stabil hingga siklus ke-4