digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 

NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 

NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 

NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 

NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 

NARDYAWAN ARIFI MA'RUF
EMBARGO  2027-08-22 


Antibakteri memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat khususnya dalam mencegah dan mengobati infeksi. Namun, penggunaan berlebihan antibakteri berbasis alkohol selama pandemi COVID-19 menimbulkan kekhawatiran tentang fenomena resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR). Fenomena ini menyebabkan infeksi bakteri menjadi sulit diobati dan berujung pada peningkatan angka mortalitas. Oleh karena itu, upaya diversifikasi agen antibakteri menjadi krusial. Salah satu biosurfaktan, rhamnolipid, memiliki potensi sebagai alternatif antibakteri yang memiliki aktivitas spektrum luas terhadap berbagai mikroba, termasuk beberapa strain resisten. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa efektivitas rhamnolipid dapat ditingkatkan dengan mengubahnya dalam bentuk nanopartikel logam. Pada penelitian ini, logam kobalt (Co) menjadi salah satu logam potensial untuk pembentukan nanopartikel. Sebagai surfaktan, rhamnolipid memiliki potensi untuk mengiritasi kulit dan mata. Untuk mengatasi hal ini, penambahan ektoin, senyawa sitoprotektif yang diproduksi oleh beberapa mikroorganisme ekstremofil, menjadi solusi yang menjanjikan. Nanopartikel rhamnolipid-Co dengan kosolven ektoin adalah alternatif antibakteri yang menjanjikan karena efektif dan ramah lingkungan. Dengan demikian, pada penelitian ini, dilakukan sintesis nanopartikel dengan metode kopresipitasi kemudian diakarakterisasi dengan FTIR, TEM, dan PSA untuk mengonfirmasi terbentuknya nanopartikel. Nanopartikel yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antibakterinya dengan menentukan minimum inhibitory concentration (MIC) untuk bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus). Untuk memastikan penambahan ektoin tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri, dilakukan penentuan fractional inhibitory concentration (FIC). Selain itu, uji kemampuan ektoin dalam menurunkan tingkat iritasi juga dilakukan menggunakan metode gravimetri zein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel rhamnolipid-Co berhasil disintesis dengan ukuran partikel mencapai 200 nm berdasarkan analisis TEM. Uji antibakteri menunjukkan bahwa nanopartikel rhamnolipid-Co mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus lebih baik dibandingkan rhamnolipid bebas pada rentang konsentrasi 1250 – 5000 ppm. Terkait penambahan kosolven ektoin, data menunjukkan penurunan tingkat iritasi nanopartikel rhamnolipid-Co hingga 23% tanpa mempengaruhi aktivitas antibakterinya.