Sejarah banjir di Jakarta adalah masalah berkelanjutan dengan dampak ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang signifikan. Banjir di Jakarta dapat disebabkan oleh
luapan Sungai Ciliwung. Aliran sungai terdiri dari limpasan permukaan (direct
runoff) dan aliran dasar (baseflow), di mana aliran dasar (baseflow) merupakan
komponen penting yang berkontribusi besar dalam aliran sungai. Pemisahan aliran
dasar menggunakan metode Recursive Digital Filter (RDF) membantu memahami
kontribusinya terhadap banjir. Penelitian ini mengkaji peranan aliran dasar
(baseflow) terhadap durasi banjir di Jakarta pada periode 2008–2019.
Data penelitian meliputi Tinggi Muka Air (TMA) untuk menghitung debit sungai
dan curah hujan untuk melihat pengaruhnya terhadap debit aliran dasar (baseflow).
Perhitungan debit dilakukan menggunakan rumus rating curve, dan pemisahan
aliran dasar menggunakan metode RDF oleh Eckhardt (2005). Baseflow Index
(BFI) dihitung untuk memahami kontribusi aliran dasar selama kejadian banjir.
Analisis banjir selama 2008–2019 menunjukkan bahwa banjir sering terjadi pada
Januari-Maret dengan durasi terpanjang 182 jam. Curah hujan akumulasi 5 hari
sebelum dengan lag time 1 hari mempengaruhi debit aliran dasar (baseflow) di hari
berikutnya. Aliran dasar (baseflow) yang tinggi cenderung memperpanjang durasi
banjir, terbukti dari kontribusi aliran dasar (baseflow) dengan nilai median Baseflow
Index (BFI) 62,77% pada banjir berdurasi lama, dibandingkan dengan 60,22% pada
banjir berdurasi singkat, dan 56,34% pada banjir berdurasi sedang.