digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar Belakang: Analisis kemampuan teknis pada sepakbola profesional meningkat secara signifikan, akan tetapi hal tersebut sangat kontras jika dibandingkan pada level grassroots. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tuntutan fisik baik beban internal maupun beban eksternal serta kemampuan teknis pemain selama simulasi pertandingan satu hari penuh. Metode: Sudi observasional kohort yang melibatkan 84 pemain (U12) dari 6 Tim Akademi dan Sekolah Sepak Bola (SSB) di Jawa Barat diseleksi menggunakan metode purposive dengan karakteristik (11.65 ± 0.49 tahun, 141.26 ± 8.00 cm, 34.50 ± 8.26 kg, 17.14 ± 2.89 kg/m 2 ) dipasangkan Polar dan Catapult untuk memantau beban internal dan eksternal selama kompetisi. Seluruh pertandingan direkam menggunakan iPhone 11 untuk melihat kemampuan teknis pemain. Seminggu sebelumnya, seluruh pemain dilakukan pengukuran meliputi antropometri, komposisi tubuh, vertical jump, waktu sprint 30m hingga kapasitas aerobik. Hasil: Terdapat penurunan yang signifikan secara keseluruhan pada variabel rata-rata denyut jantung dan peningkatan pada skala RPE. Kemudian beban eksternal pemain juga mengalami penurunan terutama pada total jarak yang ditempuh dan total jarak sprint (p < 0.05). Pemain gelandang selalu mencatatkan hasil yang paling tinggi pada variabel total jarak tempuh (3036 ± 331 m), total jarak sprint (654 ± 250 m), dan kecepatan maksimal selama pertandingan (21.94 ± 1.81 km/jam). Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada kemampuan teknis pemain berdasarkan prestasi yang diperolehnya, terutama total umpan dan menggiring bola (p < 0.05). Pemantauan kelelahan pemain menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil vertical jump (40.81 ± 3.96 vs 38.68 ± 5.01 cm) dan waktu sprint 30m (5.12 ± 0.34 vs 5.41 ± 0.42 detik) antara baseline dengan pertandingan terakhir. Kesimpulan: Pemain sepakbola grassroots yang berpartisipasi dalam pertandingan satu hari penuh secara berturut-turut akan berisiko mengalami kelelahan. Posisi gelandang selalu konsisten mendapatkan tuntutan fisik yang paling tinggi jika dibandingkan dengan lainnya. Sementara kemampuan teknis menjadi faktor paling penting dalam pembinaan sepakbola kelompok grassroots.