Latar Belakang: Analisis kemampuan teknis pada sepakbola profesional meningkat
secara signifikan, akan tetapi hal tersebut sangat kontras jika dibandingkan pada
level grassroots. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tuntutan fisik
baik beban internal maupun beban eksternal serta kemampuan teknis pemain
selama simulasi pertandingan satu hari penuh. Metode: Sudi observasional kohort
yang melibatkan 84 pemain (U12) dari 6 Tim Akademi dan Sekolah Sepak Bola
(SSB) di Jawa Barat diseleksi menggunakan metode purposive dengan karakteristik
(11.65 ± 0.49 tahun, 141.26 ± 8.00 cm, 34.50 ± 8.26 kg, 17.14 ± 2.89 kg/m
2
)
dipasangkan Polar dan Catapult untuk memantau beban internal dan eksternal
selama kompetisi. Seluruh pertandingan direkam menggunakan iPhone 11 untuk
melihat kemampuan teknis pemain. Seminggu sebelumnya, seluruh pemain
dilakukan pengukuran meliputi antropometri, komposisi tubuh, vertical jump,
waktu sprint 30m hingga kapasitas aerobik. Hasil: Terdapat penurunan yang
signifikan secara keseluruhan pada variabel rata-rata denyut jantung dan
peningkatan pada skala RPE. Kemudian beban eksternal pemain juga mengalami
penurunan terutama pada total jarak yang ditempuh dan total jarak sprint (p < 0.05).
Pemain gelandang selalu mencatatkan hasil yang paling tinggi pada variabel total
jarak tempuh (3036 ± 331 m), total jarak sprint (654 ± 250 m), dan kecepatan
maksimal selama pertandingan (21.94 ± 1.81 km/jam). Perbedaan yang signifikan
juga terlihat pada kemampuan teknis pemain berdasarkan prestasi yang
diperolehnya, terutama total umpan dan menggiring bola (p < 0.05). Pemantauan
kelelahan pemain menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil vertical jump
(40.81 ± 3.96 vs 38.68 ± 5.01 cm) dan waktu sprint 30m (5.12 ± 0.34 vs 5.41 ± 0.42
detik) antara baseline dengan pertandingan terakhir. Kesimpulan: Pemain
sepakbola grassroots yang berpartisipasi dalam pertandingan satu hari penuh secara
berturut-turut akan berisiko mengalami kelelahan. Posisi gelandang selalu
konsisten mendapatkan tuntutan fisik yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
lainnya. Sementara kemampuan teknis menjadi faktor paling penting dalam
pembinaan sepakbola kelompok grassroots.