Pemerintah Indonesia terus menggalakkan pengembangan bahan bakar terbarukan, termasuk biodiesel, guna mengatasi isu pemanasan global dan penipisan bahan bakar fosil. Meskipun produksi biodiesel di Indonesia meningkat, tantangan utama yang dihadapi adalah penurunan kestabilan oksidasi bahan bakar saat rasio biodiesel dalam diesel berbasis fosil meningkat. Mengacu pada WWFC tahun 2019, bahan bakar diesel minimal memiliki angka kestabilan oksidasi senilai 35 jam berdasarkan metode uji rancimat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan oksidasi biodiesel melalui hidrogenasi parsial menggunakan gliserol sebagai sumber hidrogen alternatif. Gliserol yang merupakan produk samping dari pabrik biodiesel dapat melakukan transfer hidrogen dengan bantuan enzim gliserol dehidrogenase di alam. Karena itu, penelusuran katalis biomimetik diperlukan untuk memperoleh reaksi yang diinginkan. Reaksi hidrogenasi parsial biodiesel dengan gliserol memiliki energi bebas Gibbs standar ?G°r,298 = -46,66 kJ/mol menunjukkan bahwa reaksi dapat berlangsung baik pada suhu kamar dengan katalis yang tepat. Katalis metal yang digunakan dalam penelitian ini adalah [Zn2Cr(OH)6]O3CH, [Zn2Cr(OH)6]OOCH3, Zn2Cr(OH)ONi, dan AgNi-23 dengan perlakuan penggunaan trikalsium oktagliseroksida serta pelarut butanol dan dimetil formamida sebagai variabel bebas penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua katalis kecuali Zn2Cr(OH)ONi bekerja dalam reaksi hidrogenasi parsial. Ditambah, katalis AgNi-23 memberikan performa terbaik dengan biodiesel berangka kestabilan oksidasi sebesar 55 jam berdasarkan metode uji rancimat dan perolehan dihidroksiaseton (DHA) sebesar 0,425 g/L. Penelusuran keadaan terbaik untuk optimasi produksi direkomendasikan pada penelitian lanjutan.