Minyak kelapa merupakan bahan baku utama yang digunakan pada pembuatan
surfaktan betaine atau cocamidopropyl betaine (CAPB), yang banyak digunakan dalam
produk pembersih serta perawatan diri. Namun, Indonesia masih mengimpor CAPB
sebesar 15.000 ton yang senilai dengan 20 juta USD pada tahun 2020. Salah satu bahan
baku yang berpotensi menjadi padanan minyak kelapa dalam pembuatan surfaktan
tersebut adalah minyak ini kelapa sawit. Surfaktan betaine yang berasal dari minyak inti
kelapa sawit (palm kernelamidopropyl betaine, PKAPB) diproduksi melalui dua tahap
reaksi, yaitu reaksi amidasi dan reaksi karboksimetilasi. Saat ini, produksi PKAPB
masih dilakukan pada skala laboratorium dan belum memenuhi spesifikasi produk
CAPB komersial. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas surfaktan
PKAPB dan meningkatkan skala produksi PKAPB dengan umpan sebesar 1,25 kg
splitted palm kernel fatty acid (SPKFA)/batch. Produksi PKAPB dilakukan secara
duplo pada skala laboratorium dengan variasi reaksi amidasi, yaitu laju alir nitrogen
(dalam ml/menit) sebesar 25; 50; 75; 100; 150; 200; tanpa nitrogen; dan flushing
nitrogen di awal reaksi dengan laju 100 ml/menit selama 15 menit serta variasi jumlah
make-up dimethylaminopropyl amine (DMAPA) di tengah reaksi amidasi sebesar 0%;
15%; 30%; dan 45%. Parameter analisis PKAPB, yaitu kandungan bahan aktif, angka
asam, viskositas, warna produk, pH, densitas, kadar NaCl, dan kadar air. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa peningkatan laju aliran nitrogen hingga 100 ml/menit
dan penambahan minimal 30% DMAPA selama reaksi amidasi dapat meningkatkan
kualitas PKAPB. Kombinasi laju alir nitrogen 75 ml/menit dan 45% DMAPA pada
skala semi pilot menghasilkan surfaktan PKAPB yang mendekati spesifikasi CAPB
komersial, meskipun penyesuaian lebih lanjut diperlukan untuk warna dan viskositas
produk.