COVER Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Aliyya Sahara
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan produk sayuran yang kaya akan kandungan
serat yang baik bagi kesehatan sistem pencernaan. Serat kasar tersusun dari
komponen utama yaitu hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Komponen serat
merupakan kandungan proksimat yang penting dalam penilaian kualitas produk
sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk menguantifikasi dan membuat model
matematis kandungan serat kasar, hemiselulosa, selulosa, dan lignin pada tanaman
selada yang dibudidayakan dengan penambahan vermikompos. Pada penelitian ini,
digunakan vermikompos yang berasal dari limbah kotoran marmot (Cavia
porcellus) dan limbah rumah tangga sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman. Hasil
kuantifikasi menunjukkan bahwa pada 35 HST, diperoleh kadar serat kasar (0,45
g/g BK) dan komposisi selulosa (26,19% atau 2,94 g/g BK) yang paling tinggi, serta
komposisi hemiselulosa (13,16% atau 1,47 g/g BK) dan lignin (9,39% atau 1,06 g/g
BK) yang rendah. Berdasarkan hasil pemodelan matematis, diperoleh bahwa kadar
serat kasar dan komposisi selulosa memiliki pola perubahan serupa yang
digambarkan dengan model Gompertz. Keduanya menggambarkan pola
perkembangan serat yang melibatkan tiga tahap utama yaitu tahap inisiasi (0 – 25
HST), tahap elongasi (25 – 30 HST), dan tahap spesialisasi (30 – 42 HST). Adapun
komposisi hemiselulosa dan lignin yang digambarkan dengan model Logistik
memiliki pola yang terus meningkat dan belum mencapai fase stagnan, karena
adanya proses elongasi dan penebalan dinding sel yang masih terus berlangsung.
Dengan model matematis, dapat diestimasikan bahwa 35 HST merupakan waktu
panen selada (Lactuca sativa L.) yang paling tepat karena memiliki kandungan serat
kasar dan selulosa yang paling baik