Mesin Stirling bekerja dengan prinsip siklus termodinamika perpindahan panas gas kerja yang ada di dalam mesin dan sumber panas ekstemal mesin. Bahan bakar yang digunakan pada mesin Stirling ini biasanya bahan bakar fosil berupa minyak, batu bara, atau gas alam. Namun, seiring pemakaian bahan bakar fosil sebagai sumber energi, cadangan bahan bakar fosil semakin menipis, maka dari itu dibutuhkan energi altematif dari energi terbarukan (renewable), di Indonesia potensi energi terbarukan (EBT) mencapai 3692 Gigawatt (GW), akan tetapi sumber energi terbarukan ini belum optimal digunakan dibandingkan dengan energi fosil, dari sumber energi terbarukan ini terdapat salah satu energi yang mudah dimanfaatkan di lingkungan masyarakat yaitu biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme. Biogas mengandung komponen yang terdiri dari ± 60% CH4 (metana), ± 38% CO2 (karbon dioksida), ± 2% N2, 02, H2, dan H2S. Biogas didominasi oleh gas metana yang dapat dibakar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai energi yang diperoleh dari hasil pembakaran dan efisiensi konversi biogas menjadi listrik oleh mesin Stirling, serta meninjau faktor yang mempengaruhi keandalan mesin Stirling. Penelitian ini dilakukan dengan sebuah metode percobaan menggunakan prototipe mesin Stirling berbahan bakar biogas yang bersumber dari BBPPMPV BMTI
Pada percobaan ini digunakan variasi laju alir biogas pada 25 mL/min, beroperasi pada rentang emperatur 200 °C - 300 °C dan dilakukan sebanyak 3 percobaan. Dari hasil percobaan diperoleh rata rata dari daya, energi output, energi input bahan bakar, dan efisiensi konversi biogas menjadi listrik yang dihasilkan berturut-turut adalah 0,172 Watt; 1,22 kJ; 27,68 - 43,25 kJ; 2,87 - 4,48% Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan riset teknologi serta inovasi di bidang pemanfaatan energi terbarukan khususnya penggunaan mesin Stirling untuk konversi biogas menjadi listrik.