digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Raisul Qarni
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Semakin berkembangnya Urban Air Mobility (UAM) menandakan bahwa pasar operasi UAM juga akan semakin terealisasikan. UAM merupakan transportasi udara untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang sebelumnya belum atau kurang dilayani oleh aviasi saat ini di daerah perkotaan. UAM memiki kemampuan Vertical Take-Off and Landing (VTOL) yang mirip dengan helikopter. Operasi UAM sendiri tidak bisa direalisasikan apabila tidak ada infrastruktur yang mendukung seperti vertiport. Menurut EASA, Vertiport adalah area di darat, laut, atau bangunan yang digunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat dengan kemampuan VTOL. Perusahaan seperti Skyport dan Ferrovial sudah mulai merancang desain vertiport di berbagai negara. Saat ini jenis infrastruktur yang paling dekat dan digunakan banyak orang sebagai perbandingan adalah heliport. EASA dan FAA mencoba untuk menerbitkan spesifikasi vertiport yang bertujuan untuk memberikan pedoman dunia untuk merancang sebuah vertiport. Tugas akhir ini berupaya untuk membandingkan antara desain heliport dan vertiport dari dokumen ICAO, EASA, dan FAA dan menerapkan desain tersebut pada helikopter Bell-505 dan UAM Joby S4. Selanjutnya juga akan dirumuskan mengenai konsep rancangan dan operasi vertiport serta perbandingannya dengan heliport. Selain itu, juga akan dikaji perbedaan vertistop, vertiport, dan vertihub dari beberapa dokumen dari segi ukuran, jumlah tempat pendaratan, tempat parkir, fasilitas pengisian baterai, terminal, hangar, dan fasilitas MRO. Studi kasus dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta karena potensi dan kompleksitas yang tinggi. Studi kasus berupa pemilihan lokasi vertiport di bandara dengan menggunakan 6 parameter yang disimpulkan dari 4 dokumen referensi. Parameter tersebut adalah accessibility, intermodality, airspace, expandability, cost-effectiveness, dan low noise impact. Terdapat 5 potensi lokasi yaitu airside, area parkir, terminal, luar lokasi utama bandara, dan Cengkareng Heliport yang dipilih berdasarkan studi kasus yang sudah dilakukan oleh beberapa sumber. Hasilnya, Cengkareng Heliport merupakan lokasi yang paling berpotensi untuk dikembangkan menjadi vertiport. Selain itu, dari 32 helipad/heliport yang ada di Jakarta dan sekitarnya terdapat 7 lokasi yang bisa dikembangkan menjadi vertiport dan 25 lokasi yang hanya dapat dikembangkan menjadi vertistop. Dengan jumlah tersebut, UAM sudah dapat beroperasi di Indonesia menggunakan infrastruktur helikopter yang ada dengan beberapa peningkatan fasilitas.