Abstrak - Raisul Qarni
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Semakin berkembangnya Urban Air Mobility (UAM) menandakan bahwa
pasar operasi UAM juga akan semakin terealisasikan. UAM merupakan
transportasi udara untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke
tempat lain yang sebelumnya belum atau kurang dilayani oleh aviasi saat ini di
daerah perkotaan. UAM memiki kemampuan Vertical Take-Off and Landing
(VTOL) yang mirip dengan helikopter. Operasi UAM sendiri tidak bisa
direalisasikan apabila tidak ada infrastruktur yang mendukung seperti vertiport.
Menurut EASA, Vertiport adalah area di darat, laut, atau bangunan yang
digunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat dengan kemampuan VTOL.
Perusahaan seperti Skyport dan Ferrovial sudah mulai merancang desain vertiport
di berbagai negara.
Saat ini jenis infrastruktur yang paling dekat dan digunakan banyak orang
sebagai perbandingan adalah heliport. EASA dan FAA mencoba untuk
menerbitkan spesifikasi vertiport yang bertujuan untuk memberikan pedoman
dunia untuk merancang sebuah vertiport. Tugas akhir ini berupaya untuk
membandingkan antara desain heliport dan vertiport dari dokumen ICAO, EASA,
dan FAA dan menerapkan desain tersebut pada helikopter Bell-505 dan UAM
Joby S4. Selanjutnya juga akan dirumuskan mengenai konsep rancangan dan
operasi vertiport serta perbandingannya dengan heliport. Selain itu, juga akan
dikaji perbedaan vertistop, vertiport, dan vertihub dari beberapa dokumen dari
segi ukuran, jumlah tempat pendaratan, tempat parkir, fasilitas pengisian baterai,
terminal, hangar, dan fasilitas MRO.
Studi kasus dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta karena potensi dan
kompleksitas yang tinggi. Studi kasus berupa pemilihan lokasi vertiport di
bandara dengan menggunakan 6 parameter yang disimpulkan dari 4 dokumen
referensi. Parameter tersebut adalah accessibility, intermodality, airspace,
expandability, cost-effectiveness, dan low noise impact. Terdapat 5 potensi lokasi
yaitu airside, area parkir, terminal, luar lokasi utama bandara, dan Cengkareng
Heliport yang dipilih berdasarkan studi kasus yang sudah dilakukan oleh beberapa
sumber. Hasilnya, Cengkareng Heliport merupakan lokasi yang paling berpotensi
untuk dikembangkan menjadi vertiport.
Selain itu, dari 32 helipad/heliport yang ada di Jakarta dan sekitarnya terdapat
7 lokasi yang bisa dikembangkan menjadi vertiport dan 25 lokasi yang hanya
dapat dikembangkan menjadi vertistop. Dengan jumlah tersebut, UAM sudah
dapat beroperasi di Indonesia menggunakan infrastruktur helikopter yang ada
dengan beberapa peningkatan fasilitas.