Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Galaksi-galaksi terbentuk sekitar 300 juta tahun setelah Big Bang (cosmic dawn epoch). Setelah terbentuk, galaksi mengalami evolusi seiring dengan evolusi alam semesta. Evolusi yang dialami oleh galaksi meliputi banyak aspek, termasuk evolusi dalam laju pembentukan bintang atau star formation rate (SFR). Pada awal kehidupannya, galaksi membentuk bintang dengan laju yang jauh lebih tinggi dibanding sekarang, laju tersebut meningkat dan mencapai puncak, lalu menurun seiring dengan waktu. Proses dan mekanisme yang menyebabkan pelambatan laju pembentukan bintang ini masih menjadi topik studi yang hangat di bidang astrofisika. Dalam penelitian ini, data citra dan fotometrik dari James Webb Space Telescope (JWST) dan Hubble Space Telescope (HST) yang meliputi rentang redshift 2 < z < 7 digunakan untuk mendapatkan distribusi galaksi pasif terhadap redshift dan massa, dan sejarah pembentukan bintang atau star formation history (SFH) pada galaksi-galaksi pasif tersebut. Galaksi pasif diseleksi menggunakan diagram UVJ dan diagram SFR-massa. Proses analisis dilakukan menggunakan massa dan SFR yang diperoleh dari spectral energy distribution (SED) fitting menggunakan tool piXedfit. Sementara itu, SFH didapatkan dari fitting SED menggunakan tool dense basis. Didapatkan bahwa rapat jumlah galaksi pasif meningkat seiring menurunnya redshift, dan cenderung memiliki puncak pada log(M/M?) ? 10, 5. Didapatkan juga bahwa untuk rentang 2, 0 < z < 2, 5, terdapat puncak kedua pada distribusi rapat jumlah, yaitu pada log(M/M?) ? 8, 9. Untuk SFH, dilakukan analisis terhadap nilai median SFH pada semua rentang redshift dan massa, dan didapatkan bahwa awalnya SFH naik, mencapai puncak, lalu turun. Didapatkan bahwa fase naik pada galaksi bermassa kecil lebih singkat, dan fase turunnya lebih lama. Sebaliknya, galaksi bermassa besar melewati fase naik dengan cepat, lalu turun dengan waktu yang lebih lama dibanding galaksi bermassa kecil. Meskipun demikian, didapatkan bahwa laju kenaikan SFR menuju puncak, dan laju penurunan setelahnya, selalu lebih tinggi pada galaksi bermassa besar. Hasil yang diperoleh ini mendukung skenario downsizing, yang menyatakan bahwa galaksi bermassa besar akan berevolusi lebih cepat dibanding galaksi bermassa kecil.