Marine debris sudah menjadi isu global terkait dengan dampaknya yang besar
terhadap ekosistem, manusia, ekonomi, estetika pantai, dan sebagainya. Melihat
tingginya pencemaran marine debris dari waktu ke waktu, diperlukan penanganan
yang tepat sasaran guna meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Kemajuan
teknologi pengindraan jauh memberikan solusi yang efektif untuk pemantauan
lingkungan, termasuk pemantauan marine debris di wilayah pesisir. Pada penelitian
ini dilakukan identifikasi marine debris yang dominan dengan menggunakan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan transek langsung di Pesisir Laut Moi-Moi
dan Pantai Junti. Pengambilan foto udara dilakukan masing-masing sebanyak 5 kali
di waktu yang berbeda untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi marine
debris. Pengambilan di Pesisir Laut Moi-Moi dilakukan pada pukul 09:46, 09:56,
11:24, 11:48, dan 14:28, sedangkan di Pantai Junti pengambilan dilakukan pada
pukul 09:08, 10:46, 11:10, 14:18, dan 14:59. Orthophoto yang diperoleh diambil
dengan menggunakan UAV jenis DJI Phantom 4 Multispectral dan DJI Mavic Air
2S yang diterbangkan dengan ketinggian 50 m di Pesisir Laut Moi-Moi dan 35 m di
Pantai Junti. Penelitian ini menggunakan metode Supervised Learning, yakni
Object-Based Image Analysis (OBIA) dan Arsitektur U-Net. Training data yang
digunakan untuk OBIA sebanyak 1.249 untuk pasir, 780 untuk plastik, dan 46 untuk
kayu, sehingga total seluruh training data adalah sebanyak 2.075 data. OBIA
menggunakan parameter skala 15, bentuk 0,1, dan kekompakan 0,9. Sedangkan UNet
menggunakan 114 gambar berukuran 512x512 piksel. U-Net menggunakan
parameter epoch 50, batch size 8, dan Adam Optimizers. Dari hasil transek langsung
didapatkan bahwa sampah yang dominan di kedua pantai tersebut adalah sampah
plastik dan kayu dengan persentase plastik sebesar 33,58% dan kayu sebesar
23,33% di Pesisir Laut Moi-Moi, sedangkan di Pantai Junti persentase plastik
sebesar 39,80% dan kayu sebesar 46,59%. Sehingga pada proses klasifikasi
ditentukan 3 kelas yaitu kayu, pasir, dan plastik. Metode OBIA menggunakan hasil
klasifikasi tersebut untuk mengidentifikasi jenis marine debris dan menghasilkan
nilai akurasi tertinggi sebesar 0,97. Sedangkan U-Net diperoleh nilai akhir untuk
loss sebesar 0,48, validation loss sebesar 0,50, nilai akurasi sebesar 0,97 dan akurasi
validasi sebesar 0,96. Terdapat resolusi dan akurasi yang berbeda-beda tiap
orthophoto menghasilkan luasan tutupan yang diperoleh berbeda-beda.
Berdasarkan 5 kali pengambilan foto udara di Pesisir Laut Moi-Moi dan Pantai
ii
Junti, dapat disimpulkan bahwa marine debris yang berada di zona intertidal
terpengaruh oleh swash dan backwash. Hal ini berdasarkan penampakan marine
debris yang bertambah, berkurang atau berpindah tempat pada setiap orthophoto
yang dihasilkan.