digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR PUSTAKA Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Muhammad Arzan Marzuqi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Tulang merupakan organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk kerangka manusia. Selain itu, tulang juga memiliki fungsi yaitu: menopang dan menciptakan struktur tubuh manusia; melindungi organ vital yang rapuh; memfasilitasi respirasi; serta menghasilkan sel darah merah dan putih. Kerusakan pada jaringan tulang, seperti patah tulang atau osteoporosis dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas hidup manusia. Kebutuhan implan tulang (osteosynthesis) di Indonesia mencapai 100.000 per tahun, 90% kebutuhan prostetis tersebut dipenuhi secara impor. Namun, terdapat kekurangan dalam penggunaan implan tulang impor yaitu seperti harga yang lebih mahal dan tak sesuai dengan tulang masyarakat Indonesia yang lebih pendek sehingga penanganan medis tak optimal [1]. Pembuatan perancah (scaffold) untuk implan tulang merupakan salah satu pemanfaatan baru dari smart biomaterials yang sangat menarik untuk mengatasi permasalahan implan tulang femur di Indonesia. Hal ini dikarenakan, perancah (scaffold) dapat meningkatkan pertumbuhan sel dan proses regenerasi jaringan tulang. Agar perancah (scaffold) yang dibuat dapat memberikan hasil yang optimal, maka diperlukan desain yang akurat dengan dimensi yang presisi sehingga dapat menunjang terjadinya adhesi, proliferasi, hingga diferensiasi sel. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan menggunakan metode (teknologi) pencetakan 3D. Studi kelayakan ini mencakup analisis lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh pada perusahaan pencetakan 3D scaffold untuk implan tulang femur di Indonesia. Identifikasi lingkungan internal dilakukan menggunakan analisis VRIO serta identifikasi lingkungan eksternal dilakukan menggunakan analisis PESTEL dan Porter’s Five Forces. Selanjutnya, menentukan jenis pencetak 3D yang sesuai serta menentukan jenis material yang cocok untuk aplikasi pencetakan 3D scaffold. Penentuan ini dilakukan menggunakan metode weighted decision matrix dengan pembobotan secara langsung. Kemudian, dilakukan perhitungan biaya investasi (CAPEX) dan biaya operasional perusahaan (OPEX). Terakhir, dilakukan analisis finansial dengan membuat proyeksi arus kas dan menilai kelayakan investasi melalui kriteria NPV, IRR, BEP, POT, dan PI. Semua analisis studi kelayakan dilakukan dengan batasan wilayah khusus di Indonesia. Studi kelayakan ini akan menentukan layak atau tidak penerapan metode pencetakan 3D untuk pembuatan scaffold implan tulang femur di Indonesia.