TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
TASYA ALYA SALSABILA
EMBARGO  2027-08-21 
EMBARGO  2027-08-21 
Senyawa intermediet 4-alilfenol atau p-alilfenol memiliki banyak kegunaan salah satunya
adalah sebagai prekursor untuk menyintesis senyawa obat seperti betaxolol. Betaxolol
merupakan senyawa ?-blocker yang relatif kardioselektif turunan propanolamin. Senyawa
obat yang diklasifikasikan sebagai ?-blocker telah terbukti dalam beberapa penelitian
sebelumnya dapat membantu mengobati penderita hipertensi dan glaukoma. Pada kasus
glaukoma, senyawa obat betaxolol yang berperan sebagai agen penghambat reseptor ?-1
adrenergik akan selektif memblok satu reseptor sehingga dapat memperlambat persebaran
penyakit dengan mengurangi tekanan intraokular (TIO). Berdasarkan analisis retrosintesis
senyawa betaxolol dapat diperoleh reagen yang paling sederhana untuk membuat senyawa
betaxolol yaitu dari 4-alilfenol (p-AP) yang dapat disintesis dari alil fenil eter (APE).
Tujuan dari penelitian ini adalah menyintesis APE sebagai prekursor sintesis senyawa
intermediet p-AP dan mengkarakterisasinya sebagai produk hasil sintesis dengan
spektroskopi NMR serta mengkaji beberapa teknik sintesis senyawa intermediet p-AP
sebagai prekursor untuk sintesis senyawa obat melalui reaksi penataan ulang Claisen-Cope.
Pada penelitian ini dilaporkan senyawa APE telah berhasil disintesis dari fenol (C6H5OH)
dengan alil bromida (C3H5Br) dan kalium karbonat anhidrat (K2CO3) dalam pelarut aseton
anhidrat melalui reaksi Williamson eter pada suhu 60 ?. Penerapan perlakuan yang
berbeda dilakukan ketika reaksi berlangsung, yaitu reaksi overnight tanpa pemanasan
selama 76 jam dan reaksi overnight disertai dengan pemanasan selama 72 jam. Pada reaksi
overnight disertai pemanasan diperoleh senyawa APE murni dengan rendemen lebih besar
yaitu 60,06% daripada rendemen tanpa pemanasan sebesar 23,84%. Strategi lebih lanjut
yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah transformasi APE menjadi alilfenol
melalui reaksi penataan ulang Claisen-Cope. Kondisi reaksi yang telah dilakukan
berlangsung pada batch statis dan sistem aliran. Pada sistem batch dilakukan dua kondisi
reaksi yang berbeda yaitu batch pemanasan dan batch pemanasan terkatalisis H-ZSM-5.
Produk senyawa campuran yang belum murni diperoleh dari reaksi dengan kondisi yang
berbeda tersebut. Reaksi pemanasan yang terkatalisis H-ZSM-5 diperoleh produk yang
lebih kompleks daripada reaksi pemanasan saja. Pada sistem aliran pun digunakan dua
kondisi reaksi yaitu sistem aliran pemanasan dengan dan/atau tanpa ekstraksi asam-basa
dan sistem aliran melalui kolom terkatalisis H-ZSM-5. Produk senyawa campuran yang
belum murni diperoleh pada kondisi reaksi dengan perlakuan ekstraksi asam-basa dan/atau
penambahan katalis H-ZSM-5. Produk yang lebih selektif diperoleh dari reaksi melalui
kolom terkatalis asam H-ZSM-5 ditandai oleh noda baru yang lebih sederhana daripada
reaksi disertai ekstraksi asam-basa. Berdasarkan reaksi yang dilakukan, reaksi penataan
ulang Claisen-Cope APE menjadi alilfenol terjadi cukup selektif pada sistem aliran melalui
kolom terkatalisis H-ZSM-5. Produk yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan
spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR).