Penyakit hati termasuk ke dalam global burden of mortality and disease. Di tahun
2018, sekitar 4,5 juta orang dewasa terdiagnosa dengan penyakit hati, yang
menyebabkan sekitar 2 juta kematian per tahun di seluruh dunia. Fibrosis hati
berkembang sebagai akibat dari peradangan hati kronis, yang melibatkan perubahan
komposisi mikrobiota usus atau disbiosis. Disbiosis usus berperan dalam kesehatan
hati dengan memengaruhi komposisi metabolit mikrobiota, menyebabkan
peradangan usus, serta kerusakan barrier usus. Sampai saat ini, transplantasi hati
masih menjadi satu-satunya pengobatan untuk sirosis stadium akhir.
Kefir air, minuman fermentasi tradisional, terdiri dari simbiosis beberapa bakteri
dan ragi yang membentuk biofilm kompleks dalam matriks polisakarida. Kefir air
secara empiris telah digunakan untuk menjaga kesehatan dan pengobatan berbagai
penyakit, termasuk penyakit hati. Meskipun demikian, potensi hepatoprotektif kefir
air yang berasal dari Indonesia belum banyak dieksplorasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kefir air memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi,
serta potensi sebagai hepatoprotektor. Namun, belum ada penelitian yang mengkaji
secara komprehensif aktivitas dan mekanisme kerja kefir air sebagai agen
hepatoprotektif, khususnya bibit kefir air yang berasal dari Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji aktivitas hepatoprotektif kefir air pada hewan yang
diinduksi kerusakan hati, serta mekanisme kerja kefir air sebagai hepatoprotektor
secara in vivo dan in silico.
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui formula kefir air yang efektif
sebagai hepatoprotektor. Kefir air dibuat melalui proses fermentasi bibit kefir air
dalam larutan sukrosa selama 48 jam. Terdapat 2 formula yang dibandingkan, yaitu
formula dasar dan formula modifikasi yang lebih konsentrat. Kedua formula
tersebut diujikan kepada hewan yang diinduksi kerusakan hati akut menggunakan
CCl4. Berdasarkan hasil dari orientasi model hewan yang mengalami kerusakan
hati, pengujian efek hepatoprotektif secara in vivo dilakukan pada model hewan
yang diinduksi dengan CCl4. Parameter yang diukur mencakup kadar parameter
biokimia dalam darah seperti SGOT dan SGPT, evaluasi histopatologi hati, serta
penentuan tingkat sitokin proinflamatori seperti TNF-? dan TGF-?. Untuk lebih
mendapatkan gambaran mengenai mekanisme kerja, pendekatan in silico
diaplikasikan melalui simulasi penambatan molekul dan penambatan protein-
protein. Komposisi mikroorganisme diidentifikasi melalui metode PCR.
Standardisasi kefir air juga dilakukan yang meliputi pengukuran pH, kadar asam
laktat, kadar etanol, serta angka lempeng total bakteri dan ragi.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan, formula standard kefir air memiliki aktifitas
hepatoprotektif yang lebih kuat dibandingkan formula konsentrat kefir air, yang
ditandai dengan kadar SGOT dan SGPT yang lebih rendah. Oleh karena itu,
formula dasar dipilih untuk pengujian selanjutnya. Identifikasi bakteri dan ragi
dalam kefir air menunjukkan adanya bakteri Lacticaseibacillus paracasei,
Acetobacter indonesiensis, Acetobacter peroxydans, dan Gluconacetobacter
dulcium. Keberadaan Gluconacetobacter dulcium belum pernah teridentifikasi
dalam kefir air di penelitian-penelitian sebelumnya. Dua jenis ragi, Brettanomyces
bruxellensis dan Candida duobushaemulonis, juga teridentifikasi. Pemberian
berulang CCl4 dipilih sebagai metode induksi kerusakan hati. Pengobatan dengan
ekstrak temulawak sebagai obat pembanding maupun berbagai dosis kefir air
selama 2 minggu menunjukkan penurunan signifikan kadar SGOT dan SGPT, serta
penurunan kadar TNF-?. Pemeriksaan histologis hati mengkonfirmasi perbaikan
kondisi hati yang signifikan setelah pengobatan dengan ekstrak temulawak maupun
kefir air.
Kajian penambatan molekul memberikan gambaran tentang interaksi antara
metabolit dan reseptor NF-?B dan Nrf2 Keap1. Sejumlah metabolit memiliki energi
bebas ikatan yang lebih tinggi daripada kurkumin sebagai senyawa pembanding
terhadap NF-?B, tetapi tidak ada yang lebih kuat daripada kurkumin terhadap Nrf2
Keap1. Sementara itu, kajian simulasi penambatan protein-protein
mengindikasikan bahwa beberapa enzim ekstraseluler memiliki potensi interaksi
yang signifikan dengan target protein NF-?B dan Nrf2, dengan DNase1
menunjukkan interaksi paling kuat dengan kedua target protein.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kefir air pada semua dosis yang diujikan
mampu memperbaiki kondisi kerusakan hati. Mekanisme kerja hepatoprotektif
kefir air adalah menurunkan tingkat inflamasi, yang ditandai dengan penurunan
kadar TNF-? pada uji in vivo dan adanya interaksi kuat metabolit dengan reseptor
NF-?B pada pengujian in silico. Berdasarkan hasil in silico, kefir air juga diduga
menstimulasi jalur pembentukan antioksidan endogen yang ditunjukan dengan
adanya interaksi kuat dari metabolit dan protein mikroorganisme dengan reseptor
Nrf2, walaupun hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada akhirnya,
pemberian kefir air akan mengurangi level nekrosis yang ditandai dengan perbaikan
profil histologi hati. Pengujian terhadap sejumlah strain probiotik, termasuk
beberapa mikroorganisme yang teridentifikasi dalam penelitian ini, menunjukan
efek positif terhadap perbaikan kondisi hati. Secara umum komposisi
mikroorganisme dalam kefir air terdiri dari kelompok bakteri asam laktat, bakteri
asam asetat, dan ragi. Meskipun demikian, sumber bibit kefir air yang berbeda dapat
memiliki perbedaan komposisi mikroorganisme, baik secara kualitatif ataupun
kuantitatif. Seperti yang terlihat dalam penelitian ini, terdapat bakteri
Gluconacetobacter dulcium yang tidak ditemukan di penelitian kefir air lain.
Walaupun kajian hepatoprotektif kefir air belum sekomprehensif produk fermentasi
lainnya, beberapa penelitian kefir air menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kefir air Indonesia mampu menurunkan tingkat
stress oksidatif dan menstimulasi jalur pembentukan antioksidan endogen yang
pada akhirnya akan mengurangi level nekrosis dan fibrosis, sehingga memiliki
potensi besar untuk dikembangkan sebagai agen hepatoprotektif. Sebagai probiotik,
mekanisme kerja lain kefir air sebagai hepatoprotektor adalah dengan memperbaiki
kondisi mikrobiota usus. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk
mengonfirmasi hal tersebut.