digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Liza Irma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbanyak di dunia. Pada saat ni, Kementrian Perindustrian RI berupaya untuk menerapkan kebijakan hilirisasi bahan baku karet. Salah satu pemanfaatan pohon karet, yaitu sebagai bahan baku produksi barang teknik karet. Produk tersebut biasanya digunakan oleh berbagai sektor, seperti militer, konstruksi, transportasi, dan lain-lain. Salah satu perusahaan barang teknik karet di Kota Bandung dapat memproduksi berbagai jenis barang teknik karet dengan sistem job-order. Pada saat ini, perusahaan barang teknik karet berencana melakukan improvement terhadap sistem inventori dengan mengubah kebijakan persediaan bahan baku yang dapat menghemat total biaya inventori. Selain itu, kebijakan persediaan bahan baku saat ini tidak merujuk pada model atau teori inventori tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut, dibuat rencana penelitian untuk merancang usulan metode persediaan bahan baku yang dapat meminimasi total biaya inventori. Pada penelitian ini, dilakukan perancangan rekomendasi kebijakan persediaan bahan baku dengan metode inventori Q dan P hasil penyesuaian. Metode inventori yang digunakan sebagai referensi berasal dari teori yang disampaikan oleh Bahagia (2006). Penyesuaian yang dilakukan terhadap model inventori mencakup penggabungan biaya pemesanan dan pembelian menjadi biaya pengadaan, penambahan parameter minimum pembelian, dan pencarian solusi dilakukan dengan teknik sederhana (konvensional). Selain itu, proses validasi metode inventori dilakukan dengan perbandingan hasil perhitungan antara data historis dengan data hasil peramalan. Proses peramalan permintaan diawali dengan klasifikasi permintaan, uji stasioner dengan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test, peramalan permintaan dengan Croston’s method dan TSB method, dan evaluasi tingkat akurasi hasil peramalan dengan parameter Mean Squared Error (MSE). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh solusi untuk membantu perusahaan dalam melakukan improvement terhadap sistem inventori saat ini. Rekomendasi kebijakan persediaan bahan baku mencakup penambahan tahap peramalan permintaan produk dan penggunaan metode inventori Q hasil penyesuaian yang menghasilkan total biaya inventori paling minimum. Solusi ini menghasilkan ekspektasi total biaya inventori tahunan sebesar Rp866.973.817 dan persentase saving paling tinggi sebesar 34.56% dengan data historis dan Rp776.203.758 dan persentase saving paling tinggi sebesar 69.27% dengan data hasil peramalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa solusi ini tidak sensitif terhadap perubahan parameter lead time, biaya simpan/unit/periode, biaya backorder/unit, dan jumlah minimum pembelian.