Sumatra merupakan salah satu wilayah dengan aktifitas tektonik paling aktif di dunia. Sumatra mengakomodasi tumbukan lempeng Indo-Australia yang men-subduksi lempeng Eurasia dengan kecepatan 5-6 cm/tahun [Prawirodirdjo, 2000]. Manifestasi dari tumbukan tersebut telah menghasilkan serangkaian gempa bumi pada 12 dan 13 September 2007 di sekitar lepas pantai barat Bengkulu. Dengan memanfaatkan teknologi Global Positiong System (GPS), dapat diketahui pola pergerakan (deformasi) interseismic yang terjadi sebelum gempa. Dari pola deformasi interseismic hasil pengamatan GPS tersebut, diperoleh nilai kecepatan rata-rata (velocity rate) per tahunnya. Sehingga dapat diestimasi besarnya potensi energi gempa bumi yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan hasil analisis pola deformasi interseismic sebelum gempa Bengkulu 2007 dari data GPS kontinyu SuGAr (The Sumatran GPS Array), velocity rate titik-titik yang berada di sepanjang kepulauan Mentawai adalah 2 cm/tahun, dan 1 cm/tahun untuk titik-titik yang berada di sepanjang pantai barat pulau Sumatra.