digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

33216303 Iswan Prahastono.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Dessy Rondang Monaomi

Perkembangan bidang ketenagalistrikan menyebabkan tarif listrik tidak dapat ditetapkan dengan metode transaksi yang sederhana dimana tarif listrik disisi konsumen ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan oleh produsen energi listrik ditambah keuntungan. Sistem pasar listrik berkembang karena munculnya pembangkit energi baru terbarukan (renewable energy) yang masuk ke sistem grid. Di Indonesia, tarif tenaga listrik untuk produsen pembangkit energi terbarukan yang dalam penelitian ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau Photovoltaic (PV) ditentukan oleh pemerintah tanpa adanya insentif bagi produsen listrik PV maupun bagi operator grid (PLN) yang memanfaatkan PV. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan untuk melakukan studi terhadap tarif tenaga listrik terutama jenis FIT bagi pembangkit PV, salah satunya adalah FIT Dinamis bagi pembangkit PV yang masuk kedalam sistem grid dalam kurun waktu tertentu. Penelitian ini merumuskan tarif FIT Dinamis untuk PV yang terhubung ke sistem grid yang memiliki beberapa pembangkit listrik sebagai pemikul beban dasar, follower dan back-up/peaker, dan mempengaruhi pola beban di sistem grid. Pada masa mendatang dimana PLTS sudah banyak dan mekanisme pasar listrik sudah terbentuk, maka penelitian ini dapat bermanfaat untuk menentukan PLTS yang akan masuk kedalam sistem grid. Pada Penelitian ini penulis mengusulkan FIT Dinamis bagi PV yang masuk ke dalam sistem grid dimana mengandung unsur tarif Flat (FIT Flat) sebagai tarif dasar yang dihitung dengan metoda Long Run Marginal Cost (LRMC) dan ada komponen dinamis yang timbul akibat sifat intermitensi PV dengan berbasis kepada prediksi energi yang dihasilkan PV dengan metoda pembelajaran mesin. Pada penelitian ini menggunakan studi kasus di Sistem Grid Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo) di Indonesia dimana terdapat PLTS Likupang. Perumusan Tarif FIT Dinamis ini mensyaratkan adanya perencanaan atau prediksi energi yang akan dihasilkan PV disebut komitmen unit PV, sebagai acuan PLN untuk mengoperasikan pembangkit-pembangkit lain yang terinterkoneksi. Realisasi energi PV akan dibandingkan dengan komitmen unit PV dan bila terjadi selisih energi akan dihitung berdasarkan formula yang diusulkan dalam penelitian ini. Pembuktian formula dilakukan dengan simulasi menggunakan kondisi dan data yang tersedia dalam Sistem Grid Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo) di Indonesia. Hasilnya merupakan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan PLN antara tarif FIT Flat dengan formula usulan penulis FIT Dinamis. Tarif Flat yang digunakan ada 3 jenis, yaitu tarif sesuai kontraktual, tarif sesuai regulasi dan tarif hasil perhitungan Long Run Marginal Cost (LRMC). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tarif FIT Dinamis memberikan perencanaan yang akurat bagi operator grid (PLN) sehingga PLTS dapat masuk kedalam sistem grid tanpa mengganggu stabilitas sistem serta memberikan pembagian resiko yang seimbang antara pemilik PV dan PLN, untuk menjaga kestabilan sistem akibat sifat intermitensi PV. Metoda prediksi pembelajaran mesin untk PV dalam penelitian ini dapat juga digunakan untuk prediksi suplai energi listrik PV dalam perencanaan. Penerapan FIT Dinamis dari hasil penelitian ini dapat memberikan dampak yang positif dalam perkembangan pasar listrik yang lebih fair kedepannya yang mengakomodir pertumbuhan PV pada khususnya dan energi terbarukan lain yang memiliki sifat intermitensi pada umumnya.