Latar belakang dan tujuan: Pertambahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang besar di Indonesia, sehingga untuk menekan laju pertambahan penduduk, dilakukan melalui program Keluarga Berencana (KB). Peran laki - laki sangat dibutuhkan da?am keberhasilan program KB. Namun kurangnya informasi tentang pilihan kontrasepsi bagi laki - laki menyebabkan program KB tidak berjalan dengan baik. Gandarusa (Justicia gendarussa. Burm.f.) merupakan tanaman di Indonesia yang telah digunakan oleh masyarakat Papua sebagai obat kontrasepsi bagi laki-laki. Tanaman ini megandung senyawa gandarusin A yang memiliki aktivitas sebagai antifertilitas melalui pencegahan penetrasi spermatozoa dengan menurunkan aktivitas enzim hialuronidase. Penggunaan teknik kultur jaringan untuk memproduksi senyawa gandarusin A sangat potensial, mengingat lamanya masa panen untuk mendapatkan senyawa gandarusin A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis gandarusin A dari kultur in vitro J. gendarussa Burm.f. Metode: Aksilar (pucuk) tanaman gandarusa diinduksi membentuk tunas pada media MS (Murashige dan Skoog), WPM (Woody Plant Medium) dan B5 (Gamborg) mengunakan zat pengatur tumbuh (ZPT) IBA dan BAP. Kemudian dilakukan optimasi ZPT pada media MS dan WPM sehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal. Daun tanaman in vitro gandarusa diinduksi membentuk kalus mengunakan ZPT yang sesuai dan dioptimasi sehingga diperoleh kalus friabel. Kalus yang friable dipindahkan ke da?am media cair MS dan WPM sehingga diperoleh suspensi sel kalus lalu dihitung indeks pertumbuhan. Selanjutnya dilakukan analisa kandungan gandarusin A pada masing masing kultur in vitro mengunakan metode spektrofotodensitometri mengunakan alat TLC scanner. Hasil : Induksi tunas in vitro gandarusa berhasil dilakukan selama 8 minggu, pada media WPM dengan penggunaan ZPT IBA +BAP (0,1 + 1) mg/L menginduksi tunas lebih baik dibandingakan dengan media MS dan media B5. Hasil optimasi ZPT menunjukan rata-rata pertumbuhan pada media MS dengan ZPT NAA+BAP (0,3 + 0,03) mg/L lebih baik dibandingkan dengan IBA+BAP (0,3 + 0,03) mg/L sedangkan pada media WPM pengunaan iBA+BAP (0,3 + 0,02) mg/L lebih baik dibandingkan dengan NAA+BAP (0,3 + 0,02) mg/L. induksi kalus berhasil dilakukan dengan mengunakan ZPT 2,4D dan BAP. Kombin?si'ZPTftersebut dengan kadar 1 mg/L menghasilkan kalus yang friabel. Penambahan vitamin memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kalus pada masing - masing media, pada media WPM dengan penambahan 5 kali vitamin memiliki indeks pertumbuhan terbaik (23,88 0,26). Pada daun kultur in vitro gandarusa terdeteksi senyawa gandarusin A pada Rf 0,25 sedangkan pada kultur kalus tidak terdeteksi senyawa gandarusin A. Perbandingan kadar gandarusin A tanaman kultur in vitro pada media WPM (0,341mg/25 mg) lebih tinggi dibandingkan pada MS (0,302 mg/25 mg)