digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Luthfiyah Jannatunnisa
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Double Vortex (DV) merupakan sepasang vortex siklonik yang terjadi pada rentang waktu yang bersaman dan berada di Samudra Hindia timur. Terbukti bahwa keberadaan DV dapat menimbulkan gangguan cuaca berupa peningkatan curah hujan yang cukup ektrem di Indonesia bagian barat, yaitu Sumatra, Kalimantan bagian barat, dan Jawa bagian barat dengan frekuensi kejadian yang tinggi terjadi pada musim September-Oktober-November (SON) dan Desember-Januari- Februari (DJF). Belum diketahui secara klimatologis apa yang mempengaruhi perkembangan dari kejadian DV tersebut. Data yang digunakan untuk menyelidiki hubungan antara perkembangan DV yang dipengaruhi oleh aktivitas gelombang ekuatorial yaitu dengan menggunakan parameter angin zonal, meridional, dan vortisitas relatif dari The European Centre for Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) Reanalysis 5-th Generation (ERA5) dan parameter Outgoing Longwave Radiation (OLR) dari The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Physical Sciences Laboratory (PSL). Periode kajian yang dilakukan yaitu 2013-2022 untuk musim SON dan DJF. Identifikasi DV dilakukan dengan meninjau pola siklonik di wilayah kajian (15°LU-15°LS dan 80°-100°BT) dari streamlines dengan threshold 2 m/s dan dilakukan pengkategorian durasi DV berdasarkan nilai persentil ke-25, 50, dan 75. Kemudian untuk mendapatkan informasi aktivitas gelombang ekuatorial dilakukan proses filtering menggunakan metode Space-Time Spectral Analysis (STSA) yang menunjukkan dekomposisi data OLR dengan menerapkan transformasi Fourier dua kali, atau sering disebut sebagai metode WK99. Selanjutnya menggunakan analisis komposit dan budget vortisitas pada periode kajian, ditemukan bahwa superposisi dari gelombang ekuatorial, yaitu antara Equatorial Rossby (ER), Mixed Rossby-gravity (MRG), dan Kelvin yang samasama menghasilkan anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang negatif (fase basah dari gelombang tersebut) akan menghasilkan durasi DV yang lebih panjang (8 hari). Namun apabila superposisi gelombang tersebut menghasilkan anomali OLR positif atau terjadi pada fase kering, maka durasi DV yang dihasilkan menengah atau terjadi sekitar 4-5 hari. Sedangkan untuk durasi DV yang pendek (3 hari), nilai dari anomali OLR yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dua kelompok durasi sebelumnya terjadi saat DV berlangsung. Kemudian dari perhitungan budget vortisitas diperoleh bahwa suku konvergensi merupakan suku dominan yang berkontribusi atas peningkatan vortisitas selama DV berlangsung.