Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan batu bara yang cukup besar
dengan sumber daya batu bara sebanyak 149,01 miliar ton dengan Sumatera Selatan
dan Kalimantan Timur sebagai provinsi dengan sumber daya batu bara tertinggi,
yaitu 82% dari total sumber daya batu bara di Indonesia. Terdapat beberapa jenis
metode penambangan, salah satu yang paling banyak digunakan yaitu metode open
pit. Dalam proses penambangan batu bara open pit, ditemukan isu-isu yang terjadi,
salah satunya kekeruhan. Kekeruhan pada air tambang batu bara dipengaruhi oleh
tanah akibat dari adanya proses erosi dan kandungan mineral pada batuan penutup
yang terangkut oleh aliran air permukaan. Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh
adanya galian tambang open pit sehingga terjadinya kontak antara air hujan dengan
dinding tambang (soil) sehingga terbentuk lumpur yang dapat meningkatkan kadar
kekeruhan. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada sampel air tambang
yaitu 5400 mg/L. Penelitian dilakukan untuk menyisihkan TSS dengan metode
pengolahan elektrokoagulasi menggunakan sistem batch. Dalam menentukan
kondisi maksimum penyisihan TSS, dilakukan percobaan dengan variasi arus 0,5,
1, dan 2 ampere dan dengan variasi waktu 15, 30, dan 45 menit. Percobaan
dilakukan dengan pasangan elektroda besi sebanyak 8 buah yang disusun secara
monopolar. Dari percobaan didapatkan hasil penyisihan TSS maksimum pada arus
2 ampere dan waktu 30 menit dari konsentrasi awal 5.400 mg/L menjadi 65,66
mg/L dengan persentase penyisihan TSS sebesar 98,72%. Terdapat parameter lain
yang dapat mempengaruhi proses elektrokoagulasi yaitu pH, Total Dissolved Solid
(TDS), dan temperatur, terjadi peningkatan pH dari nilai awal 8 menjadi 11,
peningkatan konsentrasi TDS dari nilai awal 320 mg/L menjadi 477 mg/L, dan
peningkatan temperatur dari 25? menjadi 33,5?. Setelah mendapatkan hasil
elektrokoagulasi menggunakan elektroda besi, selanjutnya dilakukan perbandingan
dengan peneliti sebelumnya menggunakan elektroda aluminium. Perbandingan
dilakukan menggunakan uji statistik t test 2 populasi independen. Dari
perbandingan tersebut, didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan antara
elektroda besi dan aluminium pada parameter pH dan penyisihan TSS. Terdapat
perbedaan signifikan antara elektroda besi dan aluminium pada parameter TDS
terukur, temperatur, dan TSS terukur. Pada parameter TDS terukur dan TSS
terukur, proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda besi lebih besar dibandingkan elektroda aluminium. Pada penyisihan TSS kedua elektroda (besi
dan aluminium) tidak terdapat perbedaan signifikan. Biaya operasi pengolahan
proses elektrokoagulasi dihitung dari segi konsumsi energi di dapatkan cost Rp
52/detik atau Rp 1.639.873.248/tahun.