digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

1997 TS PP EDWARD SILITONGA 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Abstrak: Fungsi kehadiran suatu proyek pembangunan, sering kali hanya dilihat dalam konteks kepentingan komunitas makro/nasional, ketimbang memperhitungkan kepentingan komunitas mikro/masyarakat setempat. Telah banyak pengalaman menunjukkan bahwa proyek-proyek yang kurang melibatkan potensi masyarakat setempat, baik langsung maupun tidak langsung mengalami hambatan dalam keberlanjutannya. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, studi ini dilaksanakan: dengan mengambil kasus pada proyek pembangunan Waduk Kedung Ombo, khususnya di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan dan di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Studi bertujuan untuk mengetahui perubahan mata pencaharian penduduk pedesaan yang terkena proyek tersebut. Penelitian ini menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan secara kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan terlibat. Data kuantitatif diperoleh dari sumber data sekunder. Wawancara dilakukan pada 50 prang responden yang dipilih secara purposif, dengan mengambil lokasi di dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Kemusu: desa Wonoharjo dan Kecamatan Geyer: desa Rambat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa dampak pembangunan Waduk Kedung Ombo terhadap kehidupan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat adalah: (1). Dampak yang bersifat positif, yaitu telah memberikan manfaat dan nilai tambah, terbukanya daerah, dan terjadinya danau/waduk merupakan sumber daya barn yang dapat dikembangkan program agri-aqua-kulture. (2). Dampak yang bersifat negatif, yaitu hilangnya lahan pertanian dengan kegiatan lainnya pads sektor pertanian. Selanjutnya, dari perubahan lingkungan darat (teristis) ke lingkungan air (aquatik), menyebabkan timbulnya proses adaptif melalui upaya intervensi oleh pemerintah. Selain itu, telah terjadi proses alih teknologi, introdusi inovasi barn dalam pemeliharaan (budidaya) ikan dengan sistem Karamba Jaring Terapung. Namun demikian, kegiatan tersebut belum menciptakan mata pencaharian pokok bagi yang terkena proyek (barn merupakan mata pencaharian tambahan). Adapun variasi aktivitasnya adalah sebagai berikut: -Petani berlahan luas (lebih dari 0,5 Ha) dan bermodal, tetap bermata pencaharian pokok sebagai petani dengan mengusahakan karamba jaring terapung sebagai mata pencaharian/pendapatan tambahan. -Petani berlahan sempit (dari 0,5 Ha) dan memiliki modal, sebagian mencoba usaha karamba jaring terapung. Sedangkan yang tidak memiliki modal tetap sebagai petani yang mengusahakan lahan milik sendiri dan lainnya mengolah lahan garapan. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa perubahan atau pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke non-pertanian terjadi apabila disertai kemampuan modal usaha, penguasaan kemampuan yang aplikatip, motivasi, keuletan serta keberanian bertindak. Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan basil penelitian ini antara lain adalah (1) perlunya pembinaan yang berkelanjutan terhadap para petani melalui penyuluhan, program kredit, KUD, PIR Perikanan; (2) pembudidayaan ikan secara tepat melalui penataan lokasi Karamba Jaring Terapung berdasarkan daya dukung perairan Kedung Ombo; (3) penataan lahan pasang sunit.