digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP DODY ISKANDAR 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Abstrak: Kenyataan yang terjadi di Subang bagian utara sebagai kawasan hilir DAS dimana hampir setiap tahun terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir di musim penghujan, mengundang kecurigaan bahwa telah terjadi kerusakan bagian hulu DAS yang menyebabkan terganggunya fungsi hidrologis DAS. Apakah kerusakan tersebut karena diakibatkan terjadinya alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian. Bila merujuk pada kriteria kawasan hutan lindung yang ditetapkan dalam Perda Jabar No. 2 tahun 2006 yang mengatur tentang pengelolaan kawasan lindung, maka diperoleh bahwa luasan hutan yang ada (berdasarkan Peta Guna Lahan tahun 2001) masih melebihi dari apa yang seharusnya. Lalu timbul pertanyaan selanjutnya apakah luasan hutan yang ada bahkan belum mencukupi dalam mendukung fungsi lindung hidrologi DAS di Subang tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk membuat suatu pola pemanfaatan lahan pada kawasan lindung di bagian hulu DAS baik sebagai hutan maupun budidaya pertanian berupa perkebunan, ladang tanaman pangan lahan kering dan sawah, dimana kinerja fungsi lindungnya adalah yang paling tinggi. Fungsi lindung yang dinilai dibatasi hanya untuk konservasi air, konservasi tanah dan pengendalian banjir. Proses yang dilakukan adalah menilai berbagai kriteria dari faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja fungsi lindung tersebut. Ternyata hasil yang didapatkan adalah bahwa kinerja fungsi lindung akan tercapai yang paling tinggi jika hampir semua wilayah studi tersebut merupakan hutan. Namun dengan pertimbangan agar ekonomi pertanian di kawasan tersebut tetap berjalan, maka dibuatlah beberapa skenario pola pemanfaatan lahan dengan tiga tingkatan yaitu skenario sedang, maju hingga ekstrim, dimana nilai kinerja lindungnya haruslah lebih tinggi dari kondisi guna lahan sekarang (guna lahan tahun 2001) dalam rangka memperbaiki fungsi lindung. Hasilnya menunjukkan bahwa pada skenario sedang hingga ekstrim, masih dimungkinkan adanya budidaya pertanian ladang, sawah maupun perkebunan, namun makin sedikit bagi sawah dan ladang sejalan dengan peningkatan menuju skenario ekstrim, sedangkan untuk perkebunan terjadi sebaliknya.