digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nynda Ramadhanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Topik terkait tata surya dari massa pra-Ptolomeus hingga astronomi modern banyak menyita perhatian para filsuf maupun astronom. Teori geosentris yang dianut hampir seribu tahun lamanya dicetuskan oleh Ptolomeus pada abad ke-2 M. Hingga abad pertengahan, teori geosentris mulai dikaji oleh astronom Islam, dengann melakukan pengamatan, kritikan dan koreksi terhadap mahakarya Ptolomeus yang berjudul Almagest. Astronom Islam yang memberikan kontibusi terhadap model geosentris dikenal dengann sebutan Revolusi Maragha. Tokoh Revolusi Maragha yang diperkirakan mempengaruhi pemikiran Copernicus di antaranya yaitu Al-Thusi dikenal dengann teorema Thusi Couple, Al-Urdi dikenal dengann teorema Urdi Lemma. Pada abad ke-14 Ibnu Al-Syathir dianggap sebagai pelopor pembentukan teori heliosentris karena model geosentrisnya mampu memetakan gerakan planet-planet dengann baik sekitar 2 abad sebelum Copernicus mencetuskan teori heliosentrisnya, namun astronom modern mengklaim Nicholas Copernicus sebagai pencetus teori heliosentris. Berdasarkan hal tersebut penulis membahas tentang transmisi model heliosentris Copernicus dengann mengkaji model Ibnu Al-Syathir berdasarkan berbagai referensi. Sejarah dialogis sains terbaru mengusulkan bahwasannya Revolusi Ilmiah di Eropa dibentuk dari kontribusi tradisi astronomi terutama Revolusi Maragha. Sehingga hal ini menimbulkan perspektif dialogis antara mempertahankan penemuan independen dan klaim adanya transmisi. Tugas Akhir ini mengusulkan bahwa kasus untuk transmisi dapat terbukti melalui bukti tidak langsung (berupa adanya asumsi diologis, budaya, sejarah dan model astronomi yang identik) dan bukti dokumen secara langsung (manuskrip).