digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rachmadini Melita Trisnasiwi
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Tesis ini secara kritis membahas paradigma negatif dan interpretasi subjektif tentang pemakaman yang selama ini diyakini oleh masyarakat sebagai ruang yang mati atau tidak produktif. Kritik arsitektur hadir sebagai penolakan dan reinterpretasi, khususnya pada Makam Belanda Peneleh tanpa mengubah struktur yang sudah ada. Kritik disampaikan secara interpretatif dalam bentuk alternatif konseptual desain. Dalam perancangannya, tesis ini mengadopsi pendekatan ruang heterotopia, menciptakan arsitektur sebagai perantara antara kehidupan dan kematian dengan menggabungkan ruang nyata dan maya. Pendekatan ini relevan karena adanya perbedaan yang dominan antara pemakaman dan pemukiman di sekitarnya, serta keberadaan titik-titik sejarah. Sejarah dan budaya dianggap sebagai ruang maya yang berbeda dari dominasi pemakaman sebagai ruang fisik. Pendekatan heterotopia digunakan sebagai kerangka berpikir yang menggabungkan heterogenitas elemen yang saling bertentangan. Dalam tesis ini, terdapat dua poin diskusi yang ingin ditawarkan. Pertama, menciptakan paradigma baru untuk pemakaman yang sebelumnya merupakan ruang mati menjadi sebuah ruang fisik yang mampu memiliki peran. Kedua, memperkenalkan metode baru dengan pendekatan khusus, yaitu penerapan ruang heterotopia dalam desain pemakaman. Pendekatan ini memicu munculnya ide dari sintesis interpretatif teori. Proses interpretasi melibatkan asumsi tentang fungsi program dan konseptual perancangan. Secara objektif, pendekatan ini mengacu pada transformasi fungsi baru yang berbeda dari norma-norma masyarakat. Penting untuk menekankan interpretasi subjektif dalam merancang pengalaman ruang fisik, yang menjadi inti dari pendekatan Ruang Heterotopia. Karena itu, rancangan arsitektur lebih berfokus pada cara berpikir, penalaran metodologi perancangan, dan penerjemahan sintesis teori pendekatan ruang heterotopia. Tesis ini mendorong intervensi dan respons desain sebagai argumen dengan justifikasi mengenai kehadiran ruang maya. Dengan menyuntikan “kehidupan” sehingga menjadikannya sebagai kawasan yang semarak, memukau, dan memiliki nilai ekonomi, sehingga dapat mewadahi heterogenitas penggunanya. Adanya diskusi yang provokatif, diharapkan menjadikan tesis perancangan ini sesuatu yang ekstrem dan kontras, sehingga kematian dapat dianggap sebagai suatu objek selebrasi.