ABSTRAK Adrianna Ruth Elizabeth Lantang.pdf
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Adrianna Ruth Elizabeth Lantang
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Peningkatan seismisitas di area seismik dan munculnya seismisitas di daerah
aseismik merupakan akibat dari penambangan bawah tanah. Tunneling dan block
caving merupakan aktivitas pertambangan untuk mengakses dan mengekstraksi
sumber daya mineral. Tunneling dan block caving dapat menimbulkan risiko
kecelakaan, seperti keruntuhan terowongan, semburan batu, ketidakstabilan lereng
di tambang terbuka, dan bahaya seismik. Aktivitas seismik pada area tambang
sangat bervariasi dari gempa berskala kecil sampai berskala besar yang
berhubungan dengan kerusakan akibat kejadian seismik. Mikroseismik merupakan
aktivitas gelombang seismik yang memiliki ukuran kecil dan belum pasti dirasakan
oleh manusia. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan mikroseismik pada daerah
tambang bawah tanah untuk meminimalkan kerugian baik secara material maupun
korban jiwa. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah 50 event mikroseismik
tambang bawah tanah “MO” periode November-Desember 2022. Pada tahap awal
penelitian, dilakukan pemilihan fase gelombang P dan S menggunakan algoritma
dari program PhaseNet. Program PhaseNet menunjukkan kinerja yang baik dalam
menentukan waktu tiba gelombang P dan S. PhaseNet juga mampu menentukan
waktu tiba gelombang P dan S pada data waveforms yang kurang baik. Namun
program PhaseNet juga memiliki keterbatasan, yaitu adanya multiple picking.
Adanya multiple picking dapat mempengaruhi akurasi dan kualitas hasil picking,
untuk itu diperlukan asosisasi event menggunakan GaMMA. Pada penelitian ini,
dilakukan 4 kali percobaan dengan parameter DBSCAN yang digunakan pada
asosiasi adalah 0,1; 0,2; 0,5; dan 1,0. Dan didapatkan hasil yang paling optimal
adalah 0,5. Hal tersebut dikarenakan event yang dapat digunakan pada DBSCAN
0,5 adalah 41 events dengan selisih rata-rata waktu tiba adalah 0,691 detik. Dari 41
events yang digunakan pada NonLinLoc memiliki perbedaan jarak latitude,
longitude, dan kedalaman yang cukup jauh untuk kasus mikroseismik, yaitu 0,420
km, 0,604 km, dan 0,765 km. Perbedaan waktu tiba gelombang P dan S serta lokasi
yang cukup jauh antara data katalog tambang “MO” dengan data PhaseNet dan
GaMMA disebabkan oleh masalah dalam melakukan ekstraksi data waveforms dan
model kecepatan yang dianggap homogen.