Kebutuhan rekontruksi tiga dimensi sebuah benda saat ini meningkat pesat di berbagai bidang, terutama di bidang rekayasa teknik, seperti mekanika, arsitektur, geologi, robotika, dan lain-lainnya. Dalam industri manufaktur, rekontruksi tiga dimensi antara lain dapat dimanfaatkan oleh dunia otomotif dan penerbangan. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer grafik dan kamera digital, maka pada saat ini rekontruksi suatu benda menjadi model solid 3D sudah dapat dilakukan dengan mudah.Pada penelitian ini dilakukan rekontruksi tiga dimensi menggunakan teknik Digital Photogrammetry, yaitu sebuah metode yang dapat menentukan posisi koordinat tiga dimensi suatu atau beberapa titik dengan memproses beberapa gambar digital 2D yang diambil dari beberapa posisi yang berbeda. Dengan metode ini, permukaan suatu benda dapat direkontruksi menjadi model digital. Manfaat dari hasil rekontruksi ini begitu luas, antara lain untuk rekayasa balik/ reverse engineering, metrologi, merekontruksi kecelakaan dan lain sebagainya.Proses pengerjaan rekontruksi 3D tersebut terdiri dari beberapa tahap. Pada mulanya, permukaan benda tersebut diberi tanda berbentuk lingkaran pada daerah-daerah yang dapat mewakili bentuk benda tersebut. Setelah itu, permukaan benda tersebut difoto menggunakan kamera dari beberapa sudut pandang. Gambar-gambar dua dimensi tersebut diproses menggunakan perangkat lunak Photomodeler sehingga koordinat ruang setiap titik dapat ditentukan. Sebelum pengambilan gambar, kamera harus dikalibrasi terlebih dahulu.Dalam penelitian ini, dikaji pengaruh berbagai parameter terhadap hasil rekontruksi suatu objek, yaitu panjang fokus, densitas penanda, sudut pengambilan gambar, jumlah gambar digital yang diolah, warna gambar digital, penggunaan lampu kilat, resolusi kamera, jarak kamera terhadap objek, dan perbesaran lensa. Objek yang digunakan di sini adalah balok dan silinder. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat kesalahan yang dihasilkan oleh kamera SLR dan kamera autofocus di bawah 1% terhadap dimensi objek.Selain itu, penelitian juga dilakukan rekontruksi sayap tengah CN-235. Pada proses rekontruksi ini sejumlah gambar digital diproses bersama untuk memperoleh koordinat awan titik/ point cloud permukaan sayap. Setelah itu dengan menggunakan perangkat lunak CAD, dibuat model 3D permukaan sayap. Permukaan sayap hasil rekontruksi kemudian dibandingkan dengan profil NACA 65-3-218 yang mempunyai panjang chord 3 m. Hasil rekontruksi ini menunjukkan bahwa perbedaan maksimum sebesar 11 mm atau 0.0035 kali ukuran benda.