digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hadi Jaya Putra
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Menurut Liutenant Colonel Lange seorang Letnan Kolonel Belanda yang pernah bermukim pada tahun 1840an menyatakan bahwa Pecinan Mentok merupakan pemukiman yang paling indah yang pernah Ia temui di Indische. Hal ini juga turut dipertegas oleh Dr. Epp seorang tenaga medis Jerman yang pernah bertugas di Bangka pada tahun yang sama. Ia menyatakan bahwa bangunan pada Pecinan Mentok merupakan bangunan yang megah dan indah. Berdasarkan ungkapan tersebut tercetuslah pertanyaan bagaimana dengan karakteristik Pecinan Mentok yang ada sekarang? Maka dari itu, penelitian ini berusaha untuk membaca karakteristik Pecinan dimasa sekarang melalui aspek non-fisik dan fisik. Apakah pada kedua aspek yang membingkai karakteristik Pecinan Mentok tersebut bertransformasi atau bertahan. Jikalau terjadi transformasi pada Kawasan Pecinan Mentok, sejauh apa perubahan tersebut? Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis transformasi menurut N. John Habraken. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 203 tahun (1820-2023), Pecinan Mentok mengalami perubahan sesuai dengan periode pada setiap zaman. Terjadi transformasi pada aspek non-fisik (kultural) dan fisik (spasial dan fisik). Transformasi non-fisik menjadi faktor pendorong yang kuat dalam terjadinya transformasi fisik di kawasan pecinan. Transformasi secara kultural terlihat dari hilangnya pendidikan etnis Tionghoa Mentok, perubahan dalam budaya pemukiman, dan penurunan praktik agama Konghucu. Selain itu, faktor ekonomi berperan penting dalam transformasi fisik shop-house (ruko) menjadi lebih modern dengan persentase lebih dari 50 persen. Bahkan sekarang terdapat fungsi bangunan baru, yaitu kios yang murni dimanfaatkan sebagai tempat berdagang. Meskipun demikian, secara spasial, kawasan Pecinan tidak mengalami perubahan yang signifikan.