Perkembangan senjata hipersonik pada dasarnya merupakan hasil dari
perlombaan senjata (Arms Race) yang nampak tiada akhir oleh negara-negara dengan
kekuatan militer terkuat di dunia. Di tengah-tengah gencarnya seruan non-proliferasi
senjata nuklir di seluruh dunia, sistem pengiriman nuklir yang lebih baru dan lebih
canggih muncul dalam bentuk rudal yang mampu mempertahankan kecepatan hipersonik,
teknologi canggih yang dikejar oleh kekuatan militer di seluruh dunia untuk memperluas
jangkauan dominasi militer global mereka.
Baik Rusia maupun RRT adalah dua negara yang saat ini berada di posisi terdepan
dalam perlombaan rudal hipersonik. Masing-masing negara tersebut kini memiliki rudal
hipersonik yang operasional, ditambah dengan fakta bahwa Rusia disebut-sebut telah
mengerahkan rudal hipersonik Khinzal selama invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan rudal hipersonik hanya menambah rumit situasi
geostrategis yang terjadi di kawasan ini. Bukti bahwa RRT memiliki kendali atas senjata
hipersonik menempatkan mereka di atas angin dalam hal ketegangan teknologi dan
strategis di sekitar wilayah Pasifik, tepat di mana AS sedang berupaya untuk menegakkan
pengaruhnya. Hal ini memaksa Indonesia untuk berada dalam posisi di mana peningkatan
peralatan militer secara menyeluruh menjadi sangat penting. Sejalan dengan kebijakan
pemerintah, peningkatan peralatan militer harus dilakukan oleh industri pertahanan dalam
negeri, di mana metode transfer teknologi akan dilakukan.