ABSTRAK Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Luthfi Fajrian
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Kurva rotasi yang mendatar pada radius luar galaksi menjadi indikasi keberadaan
materi gelap pada skala galaksi. Model cold dark matter (CDM) sebagai
model standar materi gelap berhasil menjelaskan pembentukan struktur skala
besar di alam semesta. Namun, model CDM memiliki beberapa masalah pada
skala galaksi (small-scale problems), seperti core-cusp problem, yaitu perbedaan
antara profil materi gelap galaksi katai hasil observasi (cored) dan simulasi
model CDM (cuspy) yang mengikuti profil Navarro-Frenk-White (NFW). Masalah
lain adalah rotation curves diversity problem, yaitu variasi bentuk kurva
rotasi pada radius dalam galaksi-galaksi bermassa serupa terlalu lebar dibandingkan
prediksi simulasi CDM. Salah satu solusi yang umum diusulkan adalah
model materi gelap selain CDM, contohnya fuzzy dark matter (FDM) yang
memodelkan partikel materi gelap bermassa sangat ringan dan self-interacting
dark matter (SIDM) yang memodelkan adanya interaksi antarpartikel materi
gelap. Model FDM dan SIDM memodifikasi bagian dalam halo NFW dengan
profil inti soliton dan inti isotermal yang berdensitas konstan.
Pada Tugas Akhir ini, model halo CDM dengan profil cuspy (NFW) dan
profil cored (Burkert), FDM, dan SIDM diuji menggunakan data kurva rotasi
24 galaksi observasi (107.1 < M? (M?) < 109.8) dari katalog SPARC. Keempat
model diuji melalui dekomposisi kurva rotasi menggunakan metode Markov
Chain Monte Carlo (MCMC). Kurva rotasi sebagian besar galaksi lebih cocok
dimodelkan dengan profil halo cored. Model FDM menghasilkan fitur lekukan
tajam dengan adanya transisi profil soliton menuju halo NFW yang tampak
cocok untuk hampir seluruh sampel galaksi. Model SIDM menghasilkan kurva
rotasi dengan transisi yang halus dan umumnya terletak jauh dari pusat galaksi,
sehingga ekuivalen dengan model halo isotermal pada sebagian galaksi.
Berdasarkan nilai BIC, model Burkert menjadi model terbaik bagi 10 galaksi,
SIDM bagi 9 galaksi, dan NFW bagi 5 galaksi. Terlepas dari kecocokan
yang tinggi, model FDM tidak didukung oleh seluruh sampel galaksi karena
kompleksitas model yang tinggi memicu penalty yang ’keras’ dari nilai BIC.
Berdasarkan hasil fitting, diperoleh kendala massa partikel FDM dalam rentang
1?: mFDM = 0.322+1.141
?0.251 × 10?22 eV. Kendala tersebut bertentangan
dengan kendala dari berbagai pengamatan astrofisika lainnya, yang menjadi
tantangan besar bagi model FDM dalam mengatasi small-scale problems.