digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Resorpsi tulang alveolar yang lebih aktif dibandingkan dengan pembentukannya hingga 6 minggu sampai 8 bulan pasca pencabutan gigi menimbulkan masalah fungsi dan estetika pada saat pembuatan gigi tiruan pengganti gigi yang dicabut. Resorpsi alveolar pasca pencabutan gigi juga merugikan dalam bidang ortodonti karena tulang alveolar merupakan medium bagi pergerakan gigi. Keterbatasan sediaan obat komersial untuk mengatasi masalah ini dan potensi kekayaan dan keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa mendorong penelitian obat herbal terus berkembang. Peperomia pellucida adalah salah satu tanaman yang berpotensi memodulasi tulang, namun mekanisme kerjanya masih perlu dieksplorasi lebih lanjut. Penelitian ini diawali dengan mengekstraksi herba P. pellucida dengan pelarut etanol 50% menggunakan metode refluks hingga diperoleh rendemen ekstrak etanol sebesar 26,23% b/b. Hasil pemeriksaan fitokimia diketahui bahwa ekstrak mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, alkaloid, fenol, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrometer Quadropole Time of Flight (LC-MS QTOF) mendeteksi keberadaan senyawa-senyawa yang diketahui berpotensi memodulasi tulang di antaranya yang utama adalah luteolin, genistin, sianidin 3,5-diglukosida, nusiferin, dan kemferol. Berdasarkan data uji efektivitas ekstrak secara in vivo, ditunjukkan adanya efek ekstrak terhadap sel osteoblas, produk sel osteoblas dan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi osteoblas dan osteoklas. Selanjutnya dilakukan kajian histologi dan serologi. Produk osteoblas berupa tulang trabekula yang dibentuk oleh serat kolagen dan kristal hidroksiapatit adalah data pertama yang diperoleh menggunakan alat Micro-Computed Tomography (ยต-CT). Hasil menunjukkan bahwa variabel Bone Volume Fraction (BV/TV), Trabecular Thickness (Tb.Th), Trabecular Number (Tb.N) mengalami peningkatan (p<0,05), sedangkan Trabecular Separation (Tb.Sp) mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Kombinasi ini menunjukkan bahwa ekstrak berpengaruh positif pada pembentukan tulang trabekula di soket gigi. Kajian histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) menunjukkan bahwa ekstrak menyebabkan peningkatan jumlah osteoblas secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Hasil ini mengkonfirmasi temuan sebelumnya yaitu peningkatkan jumlah osteoblas yang menghasilkan kristal hidroksiapatit pembentuk tulang trabekula. Jumlah pembuluh darah yang lebih banyak dan jumlah Polymorphonuclear neutrophilic (PMN) yang lebih sedikit pada kelompok ekstrak juga menguatkan efikasi ekstrak pada penyembuhan tulang. Osteoklas lebih banyak ditemukan pada kelompok ekstrak. Fibroblas pada kelompok ekstrak dan kontrol tidak berbeda secara signifikan. Analisis serologi menggunakan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dilakukan untuk mempelajari efek ekstrak pada ekspresi wingless-related integration site 7b (wnt7b), salah satu faktor pertumbuhan yang berpengaruh pada diferensiasi dan proliferasi osteoblas. Kadar wnt7b serum kelompok ekstrak lebih tinggi walaupun tidak signifikan secara statistik. Meskipun perbedaanya tidak signifikan, namun hasil histologi menunjukkan jumlah sel osteoblas yang lebih banyak secara signifikan pada kelompok ekstrak. Kadar soluble receptor activator of nuclear factor-?b ligand (rankl), carboxylated osteocalcin dan bone sialoprotein lebih rendah pada kelompok ekstrak meskipun tidak signifikan. Pengujian menggunakan alat X-ray Fluorescence (XRF) dilakukan untuk memeriksa efek ekstrak pada tulang femur yang jauh dari daerah trauma. Kandungan kalsium dan fosfat tulang femur antara kelompok ekstrak dan kontrol dibandingkan. Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang menunjukkan bahwa ekstrak hanya bekerja pada daerah induksi saja. Uji in vitro dilakukan untuk mempelajari efek ekstrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air dari tanaman P. pellucida terhadap kemampuan proliferasi sel MC3T3. Perlakuan dengan ekstrak dan beberapa fraksi secara signifikan menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme sel yang merupakan indikator proliferasi sel MC3T3 (p<0,05). Peningkatan dosis fraksi etil asetat menyebabkan penurunan kemampuan proliferasi MC3T3. Aktivitas mineralisasi sel MC3T3 dievaluasi dengan menggunakan pewarnaan alizarin (C14H8O4) dan hasil menunjukkan bahwa fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat memiliki kemampuan untuk meningkatkan aktivitas mineralisasi sel MC3T3 (p<0,01). Informasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah berbagai senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak P. pellucida menjadikan tanaman ini berpotensi mengakselerasi penyembuhan tulang alveolar pasca pencabutan gigi. Kemampuan ekstrak P. pellucida meningkatkan ekspresi wnt7b sebagai faktor pertumbuhan menyebabkan terjadinya promosi proliferasi sel osteoblas yang akan membentuk tulang alveolar. Ekstrak P. pellucida juga terbukti menekan aktivitas perusakan tulang oleh sel osteoklas. Ektrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air memiliki aktivitas mengakselerasi proliferasi osteoblas, dan hanya fraksi n-heksana dan etil asetat yang memiliki kemampuan meningkatkan aktivitas mineralisasi sel osteoblas. Ekstrak P. pellucida diharapkan dapat ditambahkan pada sediaan bone graft sehingga diharapkan dapat meningkatkan efikasinya.