Resorpsi tulang alveolar yang lebih aktif dibandingkan dengan pembentukannya hingga 6 minggu
sampai 8 bulan pasca pencabutan gigi menimbulkan masalah fungsi dan estetika pada saat
pembuatan gigi tiruan pengganti gigi yang dicabut. Resorpsi alveolar pasca pencabutan gigi juga
merugikan dalam bidang ortodonti karena tulang alveolar merupakan medium bagi pergerakan
gigi. Keterbatasan sediaan obat komersial untuk mengatasi masalah ini dan potensi kekayaan dan
keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa mendorong penelitian obat herbal terus
berkembang. Peperomia pellucida adalah salah satu tanaman yang berpotensi memodulasi tulang,
namun mekanisme kerjanya masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Penelitian ini diawali dengan mengekstraksi herba P. pellucida dengan pelarut etanol 50%
menggunakan metode refluks hingga diperoleh rendemen ekstrak etanol sebesar 26,23% b/b. Hasil
pemeriksaan fitokimia diketahui bahwa ekstrak mengandung senyawa golongan flavonoid,
saponin, alkaloid, fenol, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Pemeriksaan kandungan kimia
ekstrak dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrometer Quadropole Time of Flight
(LC-MS QTOF) mendeteksi keberadaan senyawa-senyawa yang diketahui berpotensi memodulasi
tulang di antaranya yang utama adalah luteolin, genistin, sianidin 3,5-diglukosida, nusiferin, dan
kemferol.
Berdasarkan data uji efektivitas ekstrak secara in vivo, ditunjukkan adanya efek ekstrak terhadap
sel osteoblas, produk sel osteoblas dan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi osteoblas dan
osteoklas. Selanjutnya dilakukan kajian histologi dan serologi.
Produk osteoblas berupa tulang trabekula yang dibentuk oleh serat kolagen dan kristal
hidroksiapatit adalah data pertama yang diperoleh menggunakan alat Micro-Computed
Tomography (ยต-CT). Hasil menunjukkan bahwa variabel Bone Volume Fraction (BV/TV),
Trabecular Thickness (Tb.Th), Trabecular Number (Tb.N) mengalami peningkatan (p<0,05),
sedangkan Trabecular Separation (Tb.Sp) mengalami penurunan meskipun tidak signifikan.
Kombinasi ini menunjukkan bahwa ekstrak berpengaruh positif pada pembentukan tulang
trabekula di soket gigi.
Kajian histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) menunjukkan bahwa ekstrak
menyebabkan peningkatan jumlah osteoblas secara bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p<0,05). Hasil ini mengkonfirmasi temuan sebelumnya yaitu peningkatkan jumlah
osteoblas yang menghasilkan kristal hidroksiapatit pembentuk tulang trabekula. Jumlah pembuluh
darah yang lebih banyak dan jumlah Polymorphonuclear neutrophilic (PMN) yang lebih sedikit
pada kelompok ekstrak juga menguatkan efikasi ekstrak pada penyembuhan tulang. Osteoklas
lebih banyak ditemukan pada kelompok ekstrak. Fibroblas pada kelompok ekstrak dan kontrol
tidak berbeda secara signifikan.
Analisis serologi menggunakan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dilakukan
untuk mempelajari efek ekstrak pada ekspresi wingless-related integration site 7b (wnt7b), salah
satu faktor pertumbuhan yang berpengaruh pada diferensiasi dan proliferasi osteoblas. Kadar
wnt7b serum kelompok ekstrak lebih tinggi walaupun tidak signifikan secara statistik. Meskipun
perbedaanya tidak signifikan, namun hasil histologi menunjukkan jumlah sel osteoblas yang lebih
banyak secara signifikan pada kelompok ekstrak. Kadar soluble receptor activator of nuclear
factor-?b ligand (rankl), carboxylated osteocalcin dan bone sialoprotein lebih rendah pada
kelompok ekstrak meskipun tidak signifikan.
Pengujian menggunakan alat X-ray Fluorescence (XRF) dilakukan untuk memeriksa efek ekstrak
pada tulang femur yang jauh dari daerah trauma. Kandungan kalsium dan fosfat tulang femur
antara kelompok ekstrak dan kontrol dibandingkan. Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok yang menunjukkan bahwa ekstrak hanya bekerja pada
daerah induksi saja.
Uji in vitro dilakukan untuk mempelajari efek ekstrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan
fraksi air dari tanaman P. pellucida terhadap kemampuan proliferasi sel MC3T3. Perlakuan dengan
ekstrak dan beberapa fraksi secara signifikan menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme sel
yang merupakan indikator proliferasi sel MC3T3 (p<0,05). Peningkatan dosis fraksi etil asetat
menyebabkan penurunan kemampuan proliferasi MC3T3. Aktivitas mineralisasi sel MC3T3
dievaluasi dengan menggunakan pewarnaan alizarin (C14H8O4) dan hasil menunjukkan bahwa
fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat memiliki kemampuan untuk meningkatkan aktivitas
mineralisasi sel MC3T3 (p<0,01).
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah berbagai senyawa kimia yang terkandung pada
ekstrak P. pellucida menjadikan tanaman ini berpotensi mengakselerasi penyembuhan tulang
alveolar pasca pencabutan gigi. Kemampuan ekstrak P. pellucida meningkatkan ekspresi wnt7b
sebagai faktor pertumbuhan menyebabkan terjadinya promosi proliferasi sel osteoblas yang akan
membentuk tulang alveolar. Ekstrak P. pellucida juga terbukti menekan aktivitas perusakan tulang
oleh sel osteoklas. Ektrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air memiliki aktivitas
mengakselerasi proliferasi osteoblas, dan hanya fraksi n-heksana dan etil asetat yang memiliki
kemampuan meningkatkan aktivitas mineralisasi sel osteoblas. Ekstrak P. pellucida diharapkan
dapat ditambahkan pada sediaan bone graft sehingga diharapkan dapat meningkatkan efikasinya.