Energi merupakan elemen penting dalam menggerakkan sektor ekonomi, dengan minyak
menjadi bahan baku yang signifikan di seluruh dunia. Kepentingan strategisnya tidak dapat
disangkal dalam mendukung ekonomi global. Namun, konsumerisasi, yang mengacu pada
konsumsi berlebihan dan ketergantungan pada sumber daya, telah menyebabkan krisis di
berbagai negara di berbagai wilayah. Konsumsi energi juga menjadi masalah serius di
seluruh dunia, terutama di negara-negara industri, termasuk Indonesia Timur. Jenis energi
primer yang dominan dalam bauran pasokan energi pada tahun 2020 adalah batubara
sekitar 38,5% dari total nasional, diikuti minyak sekitar 32,8%, gas sekitar 17,4%, dan
sisanya sekitar 11,3% melalui Energi Baru Terbarukan. (NRE). Oleh karena itu, perlu
dilakukan peninjauan ulang terhadap perencanaan energi. Penelitian ini mengkaji proyeksi
kebutuhan Energi dan persediaan listrik jangka panjang di Wilayah Indonesia Timur.
Skenario yang dikembangkan meliputi pembangunan berkelanjutan dan Indonesia emas
progresif yang disimulasikan menggunakan perangkat lunak Low Emissions Analysis
Platform (LEAP) dan Pyhton for Power System Analysis (PyPSA). Selain itu, asumsi dasar
yang digunakan untuk memperoleh proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2045 berasal
dari dokumen Perencanaan Makro dan Analisis Statistik (PMAS) namun menggunakan
laju pertumbuhan yang flat atau berkelanjutan sebesar 0,3% dari tahun 2045 hingga 2060,
sedangkan laju pertumbuhan PDB dihitung sebagai sumber daya kritis berdasarkan PMAS
oleh BAPPENAS, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia. Hasil penelitian
ini penting untuk mengetahui kebutuhan energi dan persediaan listrik di Indonesia Timur
dari berbagai sektor seperti sektor rumah tangga, komersial, industri, transportasi, dan
lainnya. Dengan demikian, hasil menunjukkan bahwa permintaan energi listrik sektor
rumah tangga di Wilayah Indonesia Timur mencatat laju pertumbuhan sebesar 2,2%,
sedangkan permintaan energi sektor komersial dan industri mencatat laju pertumbuhan
yang lebih tinggi masing-masing sebesar 4,6% dan 5,4%. Sektor transportasi, yaitu sektor
transportasi jalan raya yang diperkirakan akan tumbuh signifikan di masa mendatang
menjadi penyumbang kebutuhan listrik yang paling signifikan. Kebutuhan energi
elektrifikasi sektor transportasi jalan tercatat sebesar 27,4%. Selain dari permintaan energi,
persediaan kapasitas pembangkit listrik di Indonesia Timur juga mengalami pertumbuhan,
pada tahun 2060 dengan skenario 1 menggunakan nuklir sekitar 6.28%, sedangkan skenario
1 tanpa nuklir mengalami pertumbuhan sekitar 8.49%. Penurunan emisi gas rumah kaca
secara menyeluruh terhadap permintaan dan persediaan listrik di Wilayah Indonesia Timur
mengalami penurunan hingga 17% pada tahun 2060.