2007 TA PP AFIF FADHLI 1-COVER
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-BAB 1
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-BAB 2
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-BAB 3
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-BAB 4
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-BAB 5
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2007 TA PP AFIF FADHLI 1-PUSTAKA
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Pengelasan basah di dalam air merupakan salah satu metode
penyambungan yang penting pada industri kelautan dan konstruksi perairan, salah
satu metode yang umum dan paling sederhana yaitu dengan menggunakan
pengelasan dengan menggunakan elektroda terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding, SMAW) jika dibandingkan dengan metode pengelasan yang lain yaitu
GTAW, FCAW ataupun GMAW. Pada pengelasan ini elektroda yang digunakan
yaitu elektroda E6013 yang lazimnya digunakan pada pengelasan kering, pada
pengelasan basah didalam air elektroda ini dimodifikasi dengan menggunakan
pelapis berupa lapisan lilin. Penggunaan pelapis ini diharapkan dapat mencegah
masuknya air kedalam fluks elektroda, sehingga hasil yang diharapkan tidak akan
jauh berbeda kualitasnya dengan pengelasan kering diudara terbuka.
Simulasi pengelasan yaitu operator las berada di dalam air, dan melakukan
pengelasan pada lingkungan air tersebut, pada penelitian ini lingkungan air yang
digunakan yaitu lingkungan air tawar dan air asin. Pengujian hasil pengelasan
yaitu dengan mengamati pengaruh parameter (heat input), terhadap karakteristik
penyalaan busur, pemeriksaan visual, metalografi dan sifat mekanik pada
pengelasan baja karbon rendah AISI 1015. Hasil pengelasan yang diperoleh pada
pengelasan ini yaitu masih banyak terdapat cacat undercut dan manik las yang
kurang rata. Sedangkan porositas dan fasa martensit bukan merupakan mayoritas
cacat yang terdapat pada hasil pengelasan. Sedangkan angka kekerasan yang
didapatkan tidak melebihi 370 HVN.
Secara umum berdasarkan standar AWS D3.6M: 1999 class B yang
digunakan hasil pengelasan ini tidak memenuhi persyaratan. Hal ini lebih
dominan diakibatkan oleh kurang terampilnya operator las, sehingga pada
penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan operator yang berkompeten
dan variasi pelapis yang lain.