Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung (HST BGN) merupakan salah satu metode estimasi biaya penganggaran yang digunakan oleh Pemerintah dalam membangun suatu gedung negara. Faktor lokasi dan waktu pembangunan akan mempengaruhi besarnya biaya pembangunan, sehingga harga bangunan gedung negara akan berbeda di setiap Kabupaten/kota. Selama ini, masing-masing Pemerintah Daerah Tingkat II di propinsi Jawa Barat menggunakan formula yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Jakarta untuk mengestimasi biaya konstruksi bangunan gedung di wilayah Jawa Barat. Formula ini tidak cocok digunakan untuk mengestimasi biaya bangunan gedung, karena masing-masing daerah mempunyai perbedaan sumber daya yang signifikan, terutama dalam hal material dan tenaga kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model HST BGN dengan menggunakan 48 data bangunan gedung sederhana 1 lantai milik pemerintah yang berfungsi sebagai gedung pendidikan, perkantoran dan layanan kesehatan yang berada pada wilayah Sukabumi, Bogor, Bandung, dan Cirebon.
Penelitian ini menghasilkan komponen dominan dan kuantitasnya untuk tiap komponen berdasarkan perhitungan statistik, yang akan dijadikan acuan perhitungan model. Komponen dominan tersebut memiliki bobot biaya kumulatif > 80% dari biaya total pembangunan dan terdiri dari 8 komponen material dan 4 komponen upah. Untuk kuantitas komponen, yang digunakan adalah perhitungan batas atas dengan selang kepercayaan 90% dan 95% dari komponen dominan per m2 bangunan.
Pengujian model HST BGN dilakukan dengan membandingkan hasil estimasi dengan model yang digunakan oleh pemerintah daerah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil estimasi dengan model HST BGN yang dikembangkan memiliki overestimate 30%, sedangkan model pemerintah memiliki overestimate 60%. Oleh sebab itu, model HST yang dikembangkan potensial untuk diterapkan guna memperbaiki performance estimasi biaya penganggaran.