digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aulia Fikriarini Muchlis
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Arsitektur berkelanjutan adalah pendekatan desain yang berupaya meminimalkan dampak lingkungan negatif dari bangunan sambil mempromosikan keberlanjutan jangka panjang. Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain seperti efisiensi energi, penggunaan sumber daya terbarukan, pengurangan limbah, dan perlindungan sistem dan sumber daya alam dalam desain, konstruksi, dan pengoperasian bangunan. Tujuan dari arsitektur berkelanjutan adalah untuk bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, layak secara ekonomi, dan bertanggung jawab secara sosial, serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Arsitektur hijau adalah pendekatan desain yang menggabungkan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan ke dalam desain, konstruksi, dan pengoperasian bangunan. Ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan, melestarikan sumber daya, dan mempromosikan keberlanjutan jangka panjang. Sistem peringkat hijau, di sisi lain, adalah alat standar yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja lingkungan bangunan. Sistem ini memberikan peringkat atau skor numerik berdasarkan kriteria spesifik terkait keberlanjutan, seperti efisiensi energi, kualitas udara dalam ruangan, dan konservasi air. Penggunaan sistem peringkat hijau dalam hubungannya dengan arsitektur hijau dapat membantu memastikan bahwa bangunan dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pada akhirnya, kombinasi arsitektur hijau dan sistem peringkat hijau dapat berkontribusi pada penciptaan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan. Kesadaran akan praktik bangunan hijau belum sepenuhnya terbangun di negara berkembang terutama di Indonesia ditandai dengan perkembangan yag tidak signifikan atas jumlah kehadiran bangunan hijau. Berbagai macam tantangan seperti proses teknis bangunan hijau yang sangat yang kompleks yang mungkin sulit dipahami dan dijalankan, kemudian masalah pada ketidaksiapan menerima perubahan pada beberapa individu dan atau organisasi, beberapa regulasi dan kebijakan yang hanya diperuntukkan pada daerah tertentu, dan yang terakhir adalah terkait pada biaya yang mahal sehingga keuntungan diperolah dalam kurun waktu yang lama. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan praktik bangunan hijau melalui pendekatan berbasis nilai religius Islam berbasis al-Qur’an, Tafsir Qur’an Tematik dan Hadits, karena dirasa sesuai dengan konteks Indonesia sebagai negara yang beragama dan dengan penduduknya yang mayoritas muslim. Pendekatan ini diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan keberlanjutan dalam lingkup bangunan hijau dan mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab. Penelitian non reaktif yang secara umum mengacu pada logika pengukuran kuantitatif merupakan jenis penelitian yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis isi merupakan metode pengolahan data yang dilakukan pada arsip agama dengan melakukan interpretasi teks pada Al-Qur’an, Tafsir Qur’an tematik dan Hadits sebagai bahan kajian, dan kemudian koding dipilih sebagai salah satu prosedur melalui perhitungan dalam bentuk numerik. Data teks kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran, menghasilkan konsep baru dan dari sudut pandang nilai religius Islam melalui proses validasi dari ahli agama. Selain bersumber pada dokumen agama, kuesioner juga merupakan sumber data lainnya dalam penelitian ini untuk menjawab hipotesa yang diajukan. Identifikasi data teks dengan analisis isi menghasilkan kata kunci yang berkaitan dengan konsep bangunan hijau yaitu air, area hijau, tata udara, energi, lanskap dan tata cahaya. Kelompok kata kunci ini berikutnya disebut sebagai kriteria bangunan hijau berdasarkan pada nilai religius Islam. Untuk melihat hirarki kriteria bangunan hijau berdasarkan nilai religius Islam maka kemudian disusun kuesioner dengan prinsip skala matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode pembobotan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Hasil akhir menunjukkan bobot kriteria air (52%), area hijau (13,7%), tata udara dan energi masing-masing 10%. lanskap (9%), tata cahaya (6%). Hasil akhir dari penelitian ini menyatakan hipotesa diterima bahwa tingkat pengetahuan/informasi yang didapatkan terkait aspek lingkungan dalam nilai religius Islam meningkat maka akan terjadi kemungkinan yang sangat kuat adanya peningkatan pula pada tingkat kesadaran tehadap perilaku individu dalam mengimplemantasikan kriteria bangunan hjau berdasarkan nilai religius Islam. Nilai religius Islam dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam mempromosikan praktik berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan.