digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangunan waduk Jatigede merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mengatasi kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan khususnya di daerah Pantura Jawa Barat (Kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu). Pembangunan waduk tersebut sudah digulirkan sejak tahun 1963 dan beberapa kali mengalami hambatan. Pada tahun 2004 proses pembangunan waduk ini mulai dilanjutkan kembali dan direncanakan selesai pada tahun 2012. Pembangunan waduk ini membutuhkan lahan seluas 4.891,13 ha meliputi 26 Desa di lima Kecamatan yang berdampak pada terendamnya sejumlah pemukiman dan sarana pendidikan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 5 sekolah TK/ RA, 21 SD/MI, 4 SMP/MTs dipastikan berada pada lokasi genangan, sehingga akan menimbulkan masalah terganggu dan terhentinya keberlangsungan aktivitas pendidikan di wilayah tersebut. Oleh karena itu studi ini bertujuan untuk menghitung jumlah kebutuhan optimum sarana pendidikan pengganti, sehingga dapat terjaga keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar yang terhenti akibat adanya pembangunan waduk. Dalam mencapai tujuan penelitian digunakan jenis penelitian induktif dengan mengolah data di lapangan yang melibatkan penggunaan standar kebutuhan sarana pendidikan dalam analisisnya. Untuk mendapatkan berbagai alternatif pertimbangan, digunakan tiga macam standar kebutuhan yaitu standar Departemen Pendidikan Nasional, Cipta Karya Departemen PU dan RTRW Kabupaten Sumedang. Untuk mengidentifikasi kondisi yang lebih nyata di lapangan dilakukan juga analisis kapasitas sekolah. Selanjutnya agar hasilnya bersifat menyeluruh maka analisis dilakukan pada empat jenjang pendidikan yaitu TK/RA, SD/MI, SMP/ MTs, dan SMA/MA. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan sarana pendidikan pengganti tidak sebanyak yang hilang. Penanganan sarana pendidikan untuk sekolah TK/RA harus didahului dengan usaha peningkatan partisipasi sekolah. Pada tingkat SD/MI hanya satu yang perlu pengganti dan satu lagi perlu penambahan ruang belajar, begitu pula untuk SMP/MTs dari 4 sekolah yang tenggelam hanya perlu 2 sekolah pengganti, serta satu kawasan terisolir perlu dibangun SMP satu atap. Sekolah di tingkat SMA/MA tidak ada yang berada di kawasan genangan.