manis adalah salah satu tanaman pangan yang berperan dalam upaya
pembangunan industri pertanian di Indonesia. Hal ini menjadikan jagung manis
sebagai salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia.
Produktivitas jagung manis di Pulau Jawa berdasarkan data BPS tahun 2021
mencapai 60,09 ku/ha, sedangkan produksi jagung manis di luar pulau jawa
mencapai 54,55 ku/ha. Produktivitas yang tinggi di Pulau Jawa dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti ketersediaan input berupa pupuk, teknologi, modal dan
tenaga kerja yang lebih mudah diperoleh, faktor agroklimat yang lebih mendukung
dan kesuburan tanah yang lebih baik.
Jagung manis mengandung berbagai nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh
seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, dan
vitamin C. Selain itu Jagung manis juga memiliki kadar Indeks Glikemik (IG) yang
rendah yaitu sebesar 41,22 untuk jagung manis rebus dan 31,08 untuk jagung manis
tumis. Nilai IG ini termasuk kedalam kategori rendah, sehingga produk jagung
manis yang diolah menjadi bahan pangan dapat membantu menjaga kestabilan gula
darah dan mencegah penyakit diabetes melitus (DM). Kandungan nutrisi yang
tinggi di dalam produk jagung manis membuat jagung manis termasuk sumber
pangan alternarif pengganti beras dan sebagai bahan baku produk lainnya, seperti
tepung jagung, beras jagung, minyak jagung dan makanan olahan lainnya.
Masalah yang umum ditemukan pada kegiatan budidaya tanaman jagung
manis adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan oleh serangan hama dan
patogen serta besarnya modal yang harus dikeluarkan juga menjadi pemasalahan
tersendiri dalam kegiatan budidaya tanaman jagung manis. Modal yang dikeluarkan
terkadang tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan oleh petani.
Tantangan ini dapat diatasi dengan beberapa cara, seperti menggunakan benih
unggul seperti benih jagung manis varietas bonanza yang dikeluarkan oleh PT East
West Seed Indonesia. Benih jagung manis varietas bonanza telah terbukti mampu
meningkatkan produktivitas petani karena ketahanan benih ini terhadap serangga
hama dan penyakit, serta dari segi rasa benih unggul ini memiliki cita rasa yang
manis dan renyah, sehingga lebih diminati oleh masyarakat. Selain solusi
penggunaan benih unggul, hal lain yang dapat dilakukan untuk menekan tingginya
modal adalah dengan menciptakan suatu sistem pertanian yang terintegrasi. Pada
sistem pertanian yang terintegrasi output limbah budidaya yang dihasilkan oleh
suatu tanaman dapat diolah menjadi produk baru yang dapat digunakan sebagai
input pada kegiatan budidaya periode selanjutnya atau dijual ke pasar untuk
mendapatkan keuntungan.
Keberadaan limbah jagung yang melimpah seperti batang dan daun umumnya
tidak dimanfaatkan kembali oleh petani karena keterbatasan modal dan
pengetahuan. Padahal, limbah sisa budidaya ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Kompos merupakan produk hasil penguraian limbah
organic mudah busuk oleh mikroba yang dibuat pada kondisi aerobik ataupun
anaerobik. Kegiatan penambahan kompos pada lahan budidaya dilakukan untuk
meningkatkan aktivitas mikroba tanah agar dapat mempercepat dekomposisi bahan
organik dan siklus nutrisi di tanah. Berdasarkan penelitian dari Surtinah (2013),
diketahui bahwa kandungan nutrisi dalam serasah kompos terdiri atas C organik
10,5%, N 1,05%, C/N rasio 9,97, P2O5 1,01%, K2O 0,18%, dan Ca 1,98 me/100g.
Pemberian kompos pada kegiatan budidaya tanaman jagung manis diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis serta
menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani.
Pra-rancangan ini terdiri dari kegiatan produksi jagung manis dan pembuatan
kompos dari limbah berangkasan jagung manis. Jagung manis dibudidayakan pada
lahan seluas 1 ha yang dibagi kedalam 3 plot kecil dengan ukuran masing-masing
2500 m2, 2500 m2 dan 5000 m2. Kegiatan budidaya dilakukan setiap bulan dengan
cara menggilir kegiatan produksi dari satu plot ke plot berikutnya. Jarak antar
tanaman jagung adalah 25 cm x 75 cm dengan kedalaman sekitar 20 cm. Kegiatan
budidaya tanaman jagung manis dilakukan sesuai dengan SOP budidaya PT East
West Indonesia yang telah disesuaikan berdasarkan penelitian Tugas Akhir 1.
Pembuatan kompos menggunakan bahan baku utama berupa sisa brangkasan
batang dan daun tanaman jagung manis sisa budidaya yang ditambahkan starter
mikroorganisme aktivator. Proses pengomposan menerapkan metode Berkeley
sehingga mengalami reaksi aerobik dari mikroba yang dapat mempercepat
pematangan kompos. Produksi kompos dilakukan selama 18 hari.
Pra-rancangan sistem budidaya jagung manis yang diintegrasikan dengan
produksi kompos ini memiliki kapasitas produksi jagung manis sebesar 50,00
ton/ha/tahun pada tahun pertama dan 61,53 ton/ha/tahun pada tahun kedua.
Produksi kompos adalah sebesar 39,26 ton/tahun pada tahun pertama dan 48,32
ton/tahun pada tahun kedua dan tahun berikutnya. Budidaya jagung manis ini
dilakukan selama 71 HST sesuai dengan hasil penelitian pada Tugas Akhir 1 (TA-
1) yang merekomendasikan waktu terbaik pemanenan jagung berdasarkan
kandungan pati (9,27 gram), glukosa (10,3 gram), serat kasar (1,34 gram) dan
tingkat kemanisan jagung (18,33%) yang optimal berada pada rentang waktu
tersebut yang paling optimal berada pada rentang waktu tersebut. Kegiatan
budidaya dan pengolahan lahan pertama dilakukan pada bulan Januari di plot 1 dan
akan panen pada bulan Maret, penanaman selanjutnya dilakukan pada bulan
Februari di plot 2 untuk hasilnya dipanen pada bulan April. Kemudian pada bulan
April kegiatan budidaya akan Kembali dilakukan di plot 1 setelah melalui masa
istirahat selama kurang lebih 3 minggu. Lokasi usaha budidaya tanaman jagung
dilakukan di Lahan budidaya PT East West Seed Indonesia di Desa Benteng,
Kecamatan Campaka, Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia. Lokasi ini berada pada
titik koordinat 6.51424”S, 107.49413”E dengan ketinggian 84 mdpl. Luas lahan budidaya adalah 100 m x 100 m, luas bangunan penyimpanan hasil panen adalah 3
x 10 m, luas bangunan produksi kompos 3 m x 5 m dan luas bangunan kantor 3 m
x 3 m. Untuk kebutuhan air Irigasi dan lain-lain, dibangun sebuah sumur bor
sebagai sumber mata air di bagian barat lokasi usaha.
Pra-rancangan sistem budidaya jagung manis yang terintegrasi degan
pembuatan kompos ini terdiri atas 3 subsistem, yaitu subsistem persiapan lahan,
susbsistem budidaya, dan susbsistem pembuatan kompos. Pada subsistem persiapan
lahan sudah diaplikasikan kompos hasil produksi dari subsistem pembuatan
kompos yang bertujuan untuk meningkatkan kandungan nutrisi tanah sebelum
digunakan sebagai input pada subsitem budidaya. Limbah yang diperoleh dari
subsistem budidaya seperti batang dan daun akan digunakan sebagai input untuk
membuat kompos pada subsitem pembuatan kompos yang bertujuan untuk
memanfaatkan limbah sisa budidaya menjadi produk baru yang dapat digunakan
sebagai input pada kegiatan budidaya selanjutnya.
Sub sistem persiapan lahan pada plot 1 di bulan Januari memiliki neraca
massa total 483,14 ton/periode/plot tanam. Neraca energi pada subsitem ini terdiri
dari: energi manusia sebesar 3,497 MJ/periode tanam, energi mesin input sebesar
499.320,72 MJ/periode tanam/plot tanam dengan energi yang digunakan sebesar
474.354,68 MJ/periode tanam/plot tanam dan Energi yang hilang (loss) sebesar
24.966,04 MJ/periode tanam/plot tanam. Energi kompos yang diberikan ke lahan
pada awal kegiatan pengolahan lahan sebesar 33,31 MJ/Periode tanam/plot
tanam. Subsistem budidaya di lahan plot 1 selama bulan Januari hingga Maret
menghasilkan total neraca massa sejumlah 1307,91 ton/periode/plot tanam.
Neraca energi dalam subsistem budidaya memiliki nilai yang terdiri dari: energi
fotosintesis 72.403,72 MJ/periode/plot tanam; 2.271.136,24 MJ/periode/plot
tanam; energi manusia 850,16 MJ/periode/plot tanam, energi mesin 4.195,80
MJ/periode/plot tanam; dan energi tanaman saat panen 40.266,71
MJ/periode/plot tanam. Subsistem terakhir, yaitu produksi kompos memiliki
neraca massa dengan nilai input dan output yang sama besar, yaitu 11,6 ton/periode
tanam/plot tanam. Produk dari subsistem ini berupa kompos yang memiliki
komponen dengan output massa sebesar 1,705 ton/periode tanam/plot tanam.
Pada subsistem produksi kompos neraca energi dengan total energi input sebesar
31.675,24 MJ/periode tanam/plot tanam yang terdiri atas energi manusia 9,92
MJ/periode tanam/plot tanam, energi mesin 178,55 MJ/periode tanam/plot
tanam, energi matahari 31.260,78 MJ/periode tanam/plot tanam, energi
biomassa tanaman 225,98 MJ/periode tanam/plot tanam, serta total energi output
sebesar 202,96 MJ/periode tanam/plot tanam yang terdiri atas energi biomassa
176,18 MJ/periode tanam/plot tanam dan energi mesin sebesar 26,78
MJ/periode tanam/plot tanam. Biaya investasi awal yang dibutuhkan untuk menjalankan proses produksi
sistem budidaya jagung manis yang terintegrasi dengan pembuatan kompos dari
limbah budidaya jagung manis adalah sebesar Rp. 153.037.867. Pendapatan dari
penjualan produk jagung manis ini pada periode pertama adalah sebesar Rp.
499.985.070 dan pada periode kedua sebesar Rp. 615.366.240. Unit usaha
budidaya jagung manis yang diintegrasikan dengan pembuatan kompos dari limbah
budidaya akan mencapai titik impas atau BEP apabila produk dapat dijual sebesar
Rp. 48.022.898 atau ketika produk telah terjual sebanyak 4.802,29 kg pada tahun
pertama dan Rp. 48.143.620 atau ketika produk terjual 4.814,36 kg pada tahun
kedua. Biaya investasi akan Kembali berdasarkan perhitungan Payback Period
dalam jangka waktu 1 tahun. NPV usaha pada kondisi ideal dengan tingkat suku
bunga 6% diperoleh sebesar Rp 1.765.799.898dan Net B/C ratio sebesar 3,23.
Tingkat pengembalian Internal (IRR) sistem ini adalah sebesar 77,25%.
Berdasarkan analisis yang relah dilakukan terkait dengan sistem budidayajagung
manis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Pra-rancangan sistem
budidaya tanaman jagung manis yang diintegrasikan degan pembuatan kompos dari
limbah budidaya dapat dijalankan.