COVER_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB VI_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rahel Hana Puspitasari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN_Rahel Hana Puspitasari.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia tergolong ke dalam negara dengan tingkat kerawanan pangan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan negara dalam menciptakan kestabilan pangan di tengah meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan. Ketidakstabilan tersebut disebabkan oleh rendahnya produktivitas dan kualitas hasil pertanian yang dipicu oleh banyaknya alih fungsi lahan pertanian dan rendahnya regenerasi petani. Fenomena ini berkontribusi langsung dalam menyebabkan fluktuasi harga komoditas pangan, diantaranya komoditas sawi (Brassica juncea L.), kailan (Brassica oleracea var. Alboglabra), dan bawang merah (Allium ascalonicum L.). Kerawanan pangan dapat diatasi dengan membangun sistem pertanian subsisten yang dirancang dengan tepat dan berkelanjutan. Urban farming adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah keterbatasan lahan untuk bercocok tanam dan kurangnya minat bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan sempit, agar bisa dimaksimalkan fungsinya sebagai lahan pertanian.
Penelitian dilakukan dengan tujuan merancang sistem budidaya container farming komoditas sawi (Brassica juncea L.), kailan (Brassica oleracea var. Alboglabra), dan bawang merah (Allium ascalonicum L.) yang terintegrasi dengan pengolahan limbah organik oleh BSF (Black Soldier Fly) pada set-up urban farming. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan finansial sebagai landasan penyusunan rencana bisnis produksi komoditas-komoditas tersebut. Penelitian diharapkan manfaat sebagai referensi dan pengembangan pengetahuan dalam sistem budidaya tanaman secara container farming yang terintegrasi pengelolaan limbah organik oleh BSF dan dapat diterapkan oleh masyarakat sebagai alternatif penyedia bahan pangan hortikultura skala rumah tangga dan berkontribusi menanggulangi kerawanan pangan.
Integrasi antara budidaya komoditas sawi (Brassica juncea L.), kailan (Brassica oleracea var. Alboglabra), dan bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pengelolaan limbah organik oleh larva BSF dapat menekan biaya produksi. Hal ini dikarenakan terdapat substitusi pupuk konvensional dengan pupuk kasgot hasil biokonversi limbah organik oleh larva BSF. Berdasarkan analisis GPM (Gross Profit Margin), nilai GPM paling optimal diperoleh dengan penggunaan media tanam untuk budidaya dan grow kit berupa tanah dan arang sekam dengan perbandingan 4:1. Alternatif ini mampu menghasilkan GPM sebesar 61,45% dengan menggunakan pupuk kasgot sebanyak 7,5% untuk komoditas sawi dan kailan, dan 10% untuk komoditas bawang merah. Alternatif ini menghasilkan produk berupa komoditas sawi, kailan, bawang merah, grow kit, dan pupuk kasgot dengan target produksi per tahun secara berturut-turut sebanyak 1.350 kg, 1.215 kg, 5.130 kg, 800 unit, 26 kg, dan 8.980 kg.
Total lahan yang digunakan pada pra-rancangan ini adalah 500 m2 yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian budidaya tanaman dan produksi pupuk kasgot. Budidaya tanaman dilakukan di 30 petak lahan yang berukuran 9 m2 dengan masing-masing petak terdiri 225 unit, sementara produksi pupuk kasgot dilakukan di dalam ruang yang terletak di dalam screenhouse yang berukuran 15 m × 3,5 m. Proses budidaya tanaman diestimasikan memiliki bobot hasil panen per tanaman sawi adalah 100 g, tanaman kailan adalah 90 g, dan tanaman bawang merah adalah 57 g. Sementara, estimasi pupuk kasgot yang dihasilkan selama 1 tahun adalah 8.980 kg dengan hasil sampingan berupa prepupa larva BSF dengan bobot sekitar 26 kg. Grow kit untuk tanaman sawi dan kailan diproduksi sebanyak 6 kali dalam satu tahun, sedangkan grow kit tanaman bawang merah diproduksi sebanyak 4 kali dalam satu tahun. Dalam satu tahun, jumlah produksi grow kit diestimasikan sebanyak 800 unit.
Pra-rancangan sistem budidaya komoditas sawi, kailan, dan bawang merah dengan pengelolaan limbah organik oleh larva BSF membutuhkan biaya bahan baku selama setahun sebesar Rp32.129.327,63 dengan operational cost mencakup total fixed cost sebesar Rp91.106.180,00 dan total variable cost sebesar Rp77.803.660,00. Biaya investasi awal yang harus dikeluarkan sebesar Rp133.942.090,00. Biaya investasi awal digunakan untuk pembangunan screenhouse, instalasi pencampuran media tanam, instalasi produksi pupuk kasgot, serta pembelian peralatan untuk produksi sawi, kailan, bawang merah, grow kit, prepupa BSF, dan pupuk kasgot. Total pendapatan yang diperoleh selama setahun adalah Rp283.545.000,00 dan total biaya pengeluaran adalah Rp116.788.952,63 sehingga GPM yang diperoleh senilai 61,45%.
Perusahaan akan memperoleh keuntungan ketika menerapkan sistem budidaya komoditas sawi, kailan, dan bawang merah dengan pengelolaan limbah organik oleh larva BSF dengan penjualan produk melebihi nilai BEP, yakni ketika penjualan tanaman hasil budidaya melebihi 388,89 kg dengan total nilai penjualan sebesar Rp98.884.486,29, penjualan pupuk kasgot melebihi 5.360,23 kg dengan total nilai penjualan Rp31.612.860,21, penjualan prepupa BSF melebihi 9,51 kg dengan total nilai penjualan Rp464.429,53, serta penjualan grow kit melebihi 84 unit dengan total nilai penjualan Rp134.886,59. Biaya investasi akan kembali (Payback Period) dalam 2 tahun 11 bulan 28 hari. Nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh dari pra-rancangan sistem ini adalah Rp294.169.100,00, Gross B/C Ratio senilai 1,3264, dan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26,55%. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk direalisasikan.